KBRI Kuala Lumpur Pantau Kesiapan Terminal Kuching Sentral

“Penumpang harian hanya dua tiga orang, karena memilih pakai pesawat kemudian dengan beroperasinya PLBN Aruk yang sudah ‘open port’. Karena bisa stempel paspor penumpang dari Sambas memilih taksi gelap, karena kalau menggunakan bus akan memutar,” katanya.

Tentang taksi gelap ini pihaknya sudah pernah komplain ke Jawatan Pengurusan Jalan (JPJ) Kuching saat pertemuan tahunan. Masalahnya, mereka yang mengoperasikan taksi gelap tersebut adalah orang Indonesia sendiri bukan orang dari Malaysia. “Taksi gelap masuk dari Tempedu. Nanti kalau ditanya petugas mereka bilang penumpangnya keluarga sehingga bisa lolos,” katanya.

Dia mengatakan, kalau mereka naik taksi gelap bisa langsung ke penginapan sedangkan kalau ke terminal bus harus naik taksi untuk menuju ke penginapan atau tempat pengobatan (rumah sakit), sehingga ongkosnya mungkin lebih murah. “Kalau dari terminal bus ke Bandara naik taksi sudah RM17, ke Rumah Sakit Norma di Petra Jaya hampir RM45, jadi mereka rasakan dengan naik bus lebih mahal,” katanya.

Astini mengatakan, penumpang dari Indonesia ke Kuching kebanyakan untuk urusan pengobatan, sedangkan penumpang TKI sudah jarang karena sudah diurus perusahaan, sehingga tidak masuk ke Terminal Sentral Kuching lagi. “Kalau TKI sudah ada perusahaann yang urus, mereka langsung ke Miri atau Bintulu, sehingga tidak masuk terminal lagi, karena trayek lokal ada yang sampai ke Bintulu Perbatasan,” katanya.

Untuk mengatasi persaingan, pihaknya berusaha menjelaskan ke penumpang tentang jenis busnya kemudian bagasi yang gratis sedangkan untuk pesawat satu kilogram RM45, fasilitas wi-fi dan ada promosi gratis satu untuk 10 penumpang dan dua untuk rombongan. (Ant/ Koko Triarko/ Foto: Dok. CDN)
Source: CendanaNews

Lihat juga...