Gatot mengatakan, bantuan untuk petani di Sembalun merupakan bagian dari upaya PT Pupuk Kaltim mendukung program ketahanan pangan pemerintah saat ini. Menurutnya pula, Desa Sembalun, terutama kawasan yang terletak di kaki Gunung Rinjani bagian timur sangat cocok dikembangkan dan dijadikan sebagai daerah sentra bawang putih. “Kalau petani kita di dalam negeri masih bisa kita dorong menghasilkan produksi bawang putih yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, kenapa kita harus impor?,” katanya.
Dengan bibit yang baik dan pupuk yang tepat serta sistem bertani yang intensif, Gatoet memperkirakan produktivitas bawang putih di Sembalun bisa mencapai 40 ton per hektar. Hasil panen dari demplot nantinya akan disalurkan kembali ke petani untuk pembibitan lanjutan. “Jadi, polanya nanti revolver, ada pertanian ada penangkaran bibit dan juga penyebar-luasan bibit ke lebih banyak petani yang akhirnya bisa memperluas lahan tanam,” katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Lendang Luar Sembalun, Risbaini (48) mengatakan, menanam bawang putih bagi petani Sembalun saat ini bukan hal yang mudah, jika tanpa pendampingan dan perhatian banyak pihak. Setidaknya dibutuhkan dana Rp. 100-110 Juta untuk ongkos produksi menanam 1 hektar lahan bawang putih. “Ongkosnya tinggi, untuk bibit pupuk dan juga operasional. Sementara produktivitas kita di sini rata-rata hanya dua puluh lima hingga tiga puluh ton per hektar. Tapi, kalau ada bantuan bibit dan pupuk, kami pikir petani bisa lebih tertarik,” katanya.
Risbaini juga mengatakan, saat ini ada sekitar 79 kelompok tani di Kecamatan Sembalun, dengan total anggota mencapai 800 orang. Namun, yang masih aktif menanam bawang putih hanya 200 orang.
Jurnalis: Turmuzi/ Editor: Koko Triarko/ Foto: Turmuzi