“Kalau bahan baku pembuatan keripik, mangleng dan marning saat ini berlimpah sehingga produksi bisa berjalan setiap hari dan kami bisa memproduksi hingga ratusan kilogram perhari dibantu anak saya,” ungkapnya.
Proses perendaman tak hanya dilakukan satu kali bahkan juga proses perebusan yang dilakukan selama dua kali lalu agar bersih dan selanjutnya dimatangkan hingga lebih empuk selanjutnya dijemur selama beberapa hari hingga kering dan renyah saat digoreng.
Setelah kering jagung yang sudah dijemur dengan sinar matahari ia mengaku melakukan proses menggoreng dilakukan bersamaan dengan menggoreng keripik singkong, marning, mangleng dan kelanting membutuhkan waktu satu hari dan dikerjakan dengan melibatkan lima orang hingga proses pembungkusan.
Setelah proses pembungkusan makanan tradisional berupa marning, mangleng satu renteng keripik berisi 13 bungkus kecil kecil dengan harga Rp5.000. Demikian juga dengan makanan tradisional lain juga dihargai Rp5.000 yang diambil oleh para pedagang pasar dan sejumlah warung.
Beromzet sekitar 500 ribu sekali membuat dengan rata rata ratusan bungkus marning, keripik singkong dan mangleng ia mengaku tetap akan memproduksi makanan tradisional tersebut meski dengan kondisi cuaca saat ini yang dominan hujan.
![]() |
Sri Suhartin membungkus marning |
Sang anak, Sri Haryati mengungkapkan proses pembungkusan dilakukan hingga malam hari dengan melibatkan sebanyak lima orang tenaga kerja wanita. Sebelum dibungkus Sri Haryati mengaku juga membuat bumbu dengan rasa pedas manis menggunakan bahan baku cabai, gula merah, bawang merah dengan bumbu rata rata lima kilogram.