Berinvestasi Sambil Berhemat, Sukurdi Manfaatkan Kotoran Sapi Jadi Energi Alternatif

Penggunaan dengan masih menggunakan bantuan korek api membuat sebagian orang tidak bisa menggunakan kompor bio gas dan memilih menggunakan kompor gas elpiji. Kompor gas untuk biogas yang digunakan juga hasil modifikasi kreasi sang suami akibat sulit memperolehnya di toko umum.

“Kalau saya dan suami dapat menggunakannya tapi ibu saya masih takut sehingga kompor gas elpiji juga masih tetap saya gunakan, tapi saya juga lebih berhemat memakai biogas,” ungkap Kuswati yang juga seorang guru sekolah dasar ini.

Selain digunakan untuk mengubah kotoran menjadi energi terbarukan yang diperoleh dari kotoran sapi. Sukurdi dan Kusmayati mengaku memanfaatkan kotoran sapi yang sudah terbuang dari digester berupa kotoran dan air yang sudah tidak mengandung gas sebagai pupuk organik untuk menanam cabai merah di lahan seluas setengah hektar. Pupuk dari kotoran sapi dan telah melalui fermentasi tersebut memiliki kualitas cukup baik untuk pertanian cabai.

Proses memasukkan kotoran sapi ke digester melalui saluran khusus

Selain itu dalam jangka panjang, penggemukan sapi di lahan sempit miliknya dengan sebanyak 8 ekor sapi rata rata seharga Rp12juta perekor dipergunakan untuk investasi masa depan. Setelah empat ekor sapi miliknya memiliki bobot siap jual, seperti sapi limosin dan metal sudah laku dengan satu ekor seharga Rp20juta dan ia telah memperoleh sekitar Rp80juta yang dipergunakan untuk membiayai kuliah anaknya di salah satu perguruan tinggi..

“Memerlihara sapi sebagai investasi, kotorannya untuk biogas dan juga pupuk merupakan proses yang lama, tapi saya sengaja memelihara untuk kesibukan karena saya tidak memiliki lahan luas,”ungkap Sukurdi.

Lihat juga...