RABU, 1 FEBRUARI 2017
PONOROGO — Ganongan termasuk dalam perangkat penting saat pertunjukan reog berlangsung yang biasanya digunakan oleh para penari. Ganongan biasanya berwarna merah menyala disertai rambut yang berasal dari ekor kuda atau ekor sapi serta memiliki hidung yang sangat besar. Ponorogo yang dikenal sebagai bumi reog memiliki banyak perajin yang berkaitan dengan reog.
![]() |
Tatang saat menunjukkan ganongan setengah jadi hasil produksinya. |
Salah satunya, Tatang (25) warga Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo. Pemuda ini sadar sepenuhnya memilih terjun sebagai perajin ganongan. Bersama ayahnya, ia menekuni usaha ini sejak 2011.
“Awalnya hanya mengecat ganongan karena ingin memenuhi biaya sekolah, tapi karena sudah sering melihat bentuk ganongan, coba-coba buat sendiri bersama ayah di rumah,” jelasnya kepada Cendana News saat ditemui di rumahnya, Rabu (1/2/2017).
Namun, sayangnya, Tatang hanya membuat ganongan yang masih setengah jadi. Ia hanya memahat bentuk muka dari ganongan, lalu dijemur selama sehari penuh di bawah sinar matahari terik, didempul dan terakhir diamplas. Seusai itu ia langsung menjual ke pengepul yang datang ke rumahnya dua kali dalam sebulan.
“Satu ganongan yang masih setengah jadi dijual dengan harga Rp 15 ribu,” ujarnya.
Ditanya kenapa tidak menjual ganongan yang sudah jadi, Tatang hanya tersenyum kecil sembari menjawab tidak ada lagi tenaga atau pekerja yang mau membantu membuat ganongan.
Bahan yang ia gunakan berasal dari kayu dadap. Kayu ini dipilih karena memiliki serat yang bagus dan saat dibentuk pun terbilang mudah. Dalam sehari ia mampu membuat 10 ganongan setengah jadi.