Warga Dua Desa di Bakauheni Keluhkan Sungai yang Tercemar

JUMAT, 20 JANUARI 2017

LAMPUNG — Warga di beberapa Dusun di Desa Kelawi dan Bakauheni, di antaranya Dusun Serungku, Kubang Gajah dan Kampung Jering, yang menggunakan air dari Sungai Serungku, mengeluhkan pencemaran air sungai akibat material tanah dan pasir yang terbawa aliran air sungai tersebut. Sejumlah warga yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci, mengaku mengalami gejala gatal-gatal. Sementara itu, sebagian warga yang lain mengaku tak lagi bisa menggunakan air sungai itu lagi, karena sudah tercemar dan berwarna coklat dan keruh.
Sungai Serungku yang diduga tercemar akibat proyek Jalan Tol Trans Sumatera.
Warga yang biasa memanfaatkan air sungai tersebut, Siti Rohani (49) dan Moinawati (30), warga Dusun Serungku, mengungkapkan, pencemaran sungai tersebut terjadi hampir sejak 1 tahun lalu, bersamaan dengan keberadaan proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang melintasi Desa Bakauheni dan Desa Kelawi. Material longsoran tanah dan pasir dari proses pembersihan lahan (land clearing) tol dan terbawa ke aliran sungai mengakibatkan sungai menjadi dangkal, keruh dan tercemar berbagai material lain, seperti cairan semen dan material lain yang berdampak pada air sungai, sehingga tak layak lagi digunakan.
“Selama ini, kami menggunakan air sungai untuk keperluan mandi dan mencuci dengan cara memakai mesin sedot. Namun, setelah tertimbun, sungai menjadi dangkal dan kotor. Bahkan, badan kami gatal-gatal,” terang Siti Rohani, saat ditemui Cendana News ,Jumat (20/1/2017).
Sejak beberapa bulan terakhir, Siti Rohani dan warga lain juga mengungkapkan, pipa-pipa pvc yang disalurkan ke dalam sungai semakin tertimbun pasir dan air yang disedot bercampur pasir, sehingga terpaksa diendapkan. Bagi warga yang memiliki uang cukup,  bisa membuat sumur bor dan sumur galian. Namun, bagi yang kurang mampu seperti Siti Rohani dan warga lainnya, pilihan terakhir masih harus menggunakan air sungai yang tercemar tersebut.
Kepala Dusun Serungku, Retno, mengungkapkan kondisi tercemarnya air Sungai Serungku yang digunakan sebagai air untuk keperluan mandi dan mencuci sudah berlangsung setahun terakhir, dan masyarakat tidak bisa berbuat banyak, karena material tanah dan pasir menimbun aliran sungai tersebut. Sebagian warga, kata Retno, terpaksa membeli air bersih dari mobil-mobil tangki air untuk digunakan sebagai kebutuhan air bersih dengan harga Rp. 75-100.000 per tangki. Sementara untuk kebutuhan air minum, warga membeli air galon yang dijual oleh penjual air bersih keliling.
Camat Bakauheni, Zaidan.
“Kalau proyek Tol Sumatera memang secara langsung lahan masyarakat tidak terimbas, namun imbasnya justru ke sungai yang selama ini digunakan sebagai sumber air bagi masyarakat,” terang Retno.
Berbagai langkah dan upaya telah dilakukan oleh pihak Dusun untuk menyampaikan ke pihak pelaksana proyek Jalan Tol Trans Sumatera, dan meminta untuk dibuatkan sumur bor. Namun, hingga kini belum terealisasi. Puluhan warga terdampak Tol di Desa Kelawi tersebut, bahkan berencana akan melakukan aksi protes kepada pelaksana proyek Tol Sumatera, dalam hal ini PT Pembangunan Perumahan (PP).
Terkait akan adanya aksi tersebut, Camat Kecamatan Bakauheni, Zaidan, mengaku telah mendengar rencana aksi tersebut. Sebab, warganya sudah menyampaikan keluhan pencemaran Sungai Serungku, namun belum ada tanggapan dari pihak pelaksana Tol Sumatera. Zaidan juga mengaku telah menemui warga terkait keluhan sungai yang tercemar akibat proyek Tol dan berjanji akan melakukan mediasi untuk mencari solusi terbaik.
“Saya sudah mendapat keluhan warga terkait pencemaran sungai dan warga menyampaikan dijanjikan sumur bor, tapi belum terealisasi, dan belum bisa menemui pihak pelaksana proyek Tol, meski kita telah melakukan koordinasi,” terang Zaidan.
Zaidan berharap, dengan adanya keluhan dari masyarakat tersebut, terutama yang terdampak langsung akibat sungai tercemar serta air yang keruh bisa mendapat penanganan. Zaidan yang baru menjabat Camat Bakauheni sekitar dua pekan tersebut juga berharap, agar warga yang dirugikan oleh tercemarnya sungai bisa memperoleh kompensasi yang wajar.
Siti Rohani dan Moinawati.
Sementara itu, hingga kini sebagian masyarakat Dusun Kubang Gajah dan Dusun Serungku masih memanfaatkan air sungai yang telah tercemar itu untuk keperluan mandi. Puluhan warga yang menggunakan pipa untuk memompa air, bahkan terpaksa membuat alat penyaring untuk menyedot air yang keruh. Sebagian warga lain juga membuat ceruk-ceruk di tepi sungai, untuk menampung air bersih. Sedangkan, beberapa kaum perempuan justru memanfaatkan material pasir yang terbawa air sungai untuk dijual.
Kaum perempuan di Dusun Serungku mengumpulkan pasir sungai yang terbawa aliran air sungai dan menjual pasir tersebut dengan harga Rp. 200.000 per rit. Aktivitas tersebut dilakukan untuk menambah penghasilan akibat tidak adanya mata pencaharian dan juga banyaknya pasir yang terbawa arus sungai sebagai dampak dari pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.

Jurnalis : Henk Widi / Editor : Koko Triarko / Foto : Henk Widi

Lihat juga...