Tarik Wisatawan Desa Bakauheni Kembangkan Objek Wisata Kepulauan

SABTU, 21 JANUARI 2017

LAMPUNG — Berada di wilayah ujung Selatan Pulau Sumatera membuat Desa Bakauheni memiliki berbagai destinasi wisata yang cukup beragam. Wisata buatan Menara Siger dengan bentuk mahkota khas wanita Lampung berwarna keemasan terlihat menjulang di atas bukit gamping berjarak sekitar 500 meter dari Pelabuhan Bakauheni. 
Nelayan di sekitar perairan Pulau Sindu
Selain tempat wisata buatan tersebut beberapa desatinasi wisata yang bisa dikunjungi diantaranya pulau-pulau kecil berpenghuni dan tidak berpenghuni untuk penghobi memancing, menyelam serta wisata petualangan. 
Kepala Desa Bakauheni, Sahroni mengungkapkan beberapa destinasi wisata yang sudah cukup dikenal di Desa Bakauheni diantaranya Tanjung Tua serta pulau pulau kecil di perairan Bakauheni. Sebagian pulau yang tak berpenghuni dan berada di wilayah Bakauheni juga menjadi lokasi yang akan dikembangkan sebagai lokasi wisata.
Sahroni mengungkapkan, destinasi yang hampir setiap akhir pekan ramai dikunjungi wisatawan saat ini adalah Tanjung Tua yang merupakan ujung paling Selatan Pulau Sumatera. Memiliki pantai yang bersih, air yang jernih membuat pengunjung bisa betah berada di Tanjung Tua tersebut bahkan menjadi lokasi favorit untuk memancing serta objek foto dari atas menara mercusuar yang ada di area tersebut. 
Ojek perahu diharapkan mampu menjadi mata pencaharian baru para nelayan yang akan menuju Pulau Sindu
Selain Tanjung Tua, pengembangan destinasi wisata baru juga tengah dikembangkan oleh Desa Bakauheni dengan adanya potensi Pulau Sindu yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 15 menit menuju ke Dusun Pinang Gading.
“Kita sudah lakukan peninjauan untuk pengembangan lokasi tersebut karena selama ini hanya warga sekitar yang sering berkunjung ke Pulau tersebut saat akhir pekan dan belum begitu terkenal padahal memiliki spot memancing, menyelam yang bagus dan kita sudah berkoordinasi dengan polisi perairan untuk memetakan titik yang cocok untuk penyelaman dan memancing,”terang Sahroni, Kepala Desa Bakauheni kepada Cendana News, Kamis (19/1/2017).
Menuju Pulau Sindu ungkap Sahroni bisa ditempuh melalui perjalanan darat dilanjutkan dengan menggunakan perahu dari dua lokasi diantaranya dari Pelabuhan Bakauheni dilanjutkan menuju ke dermaga Muara Piluk. Selanjutnya menggunakan perahu nelayan dari dermaga Muara Piluk dengan perjalanan sekitar 15 menit. Sementara pilihan kedua bisa dipilih dengan menempuh perjalanan darat sekitar 30 menit menuju Dusun Pinang Gading dilanjutkan menuju ke Pulau Sindu menggunakan perahu nelayan dengan waktu tempuh 5 menit. Jarak yang cukup dekat tersebut menjadi sisi positif selain infrastruktur jalan yang cukup memadai dengan pengembangan pintu keluar Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang terus dibangun.
Pulau Sekepol yang ada di wilayah Kecamatan Bakauheni direncanakan akan dikembangkan sebagai tempat wisata
Meski hanya pulau kecil tak berpenghuni yang memiliki luas sekitar empat hektar lebih memiliki kontur bebatuan dan pasir serta pada beberapa bagian ditumbuhi tanaman mangrove. Sahroni menegaskan dengan pengembangan Pulau Sindu sebagai destinasi wisata baru bisa memberi dampak positif bagi masyarakat nelayan yang ada di wilayah tersebut yang sehari hari menjadi nelayan tradisional. Meski telah cukup ramai dikunjungi dengan adanya beberapa wisatawan lokal yang mengunjungi Pulau Sindu untuk melakukan aktifitas menyelam, memancing serta sekedar bersantai menikmati kesunyian dan melihat lalu lalang kapal kapal roll on roll off (Roro) di Selat Sunda namun Pulau Sindu diakui Sahroni perlu pengembangan lebih lanjut.
Pengembangan lebih lanjut tersebut ungkap Sahroni diantaranya penambahan fasilitas dermaga sandar terbuat dari kayu, pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), sosialisasi dan pembekalan bagi nelayan yang berperan sebagai penyedia jasa ojek perahu serta penyediaan fasilitas kamar mandi, warung kuliner serta infrastrukur lain. Sahroni mengungkapkan jarak yang cukup dekat dengan Pulau Sumatera membuat Pulau Sindu masih kerap dikunjungi wisatawan terutama anak anak muda untuk berakhir pekan dan bahkan melakukan aktifitas berkemah di pulau tak berpenghuni tersebut.
Sahroni Kepala Desa Bakauheni,Pulau Sindu menjadi destinasi wisata baru di Bakauheni
Ia juga menegaskan dengan adanya sosialiasi dan pembentukan kelompok sadar wisata bisa memberi keuntungan bagi warga sekitar diantaranya dengan menyediakan penginapan (homestay) serta warung kuliner tradisonal berbahan ikan laut serta penyediaan fasilitas lain. Selain itu ojek perahu yang diperuntukkan bagi para wisatawan akan diwajibkan memiliki fasilitas keselamatan berupa pelampung (life jacket) serta sarana komunikasi yang memadai berupa handei talkie (HT). Sebab selain destinasi Pulau Sindu sebagian wisatawan berangkat dari dermaga Muara Piluk Bakauheni dan Pinang Gading untuk menuju beberapa pulau kecil lain di sekitar Pulau Sindu diantaranya Pulau Kandang Balak, Kandang Lunik, Pulau Penjurit, Pulau Sekapol hingga ke Pulau Mengkudu sekedar untuk menyusuri perairan pulau pulau di Selat Sunda tersebut dan memancing atau sekedar menikmati keindahan pulau.
Ia pun mengungkapkan, pihaknya telah membahas pengembangan wisata Pulau Sindu yang sebelumnya telah banyak dikunjungi wisatawan agar bisa memberi dampak positif bagi masyarakat. Sebab selama ini wisatawan masih banyak mengenal Bakauheni dari Menara Siger, Pelabuhan Bakauheni dan juga Tanjung Tua. Bagi wisatawan yang akan menginap selama beberapa homestay dikembangkan menurut Sahroni di Bakauheni juga telah disediakan penginapan yang cukup memadai lengkap dengan fasilitas restoran dan akomodasi kendaraan diantaranya di penginapan Kedas yang berada di Jalan Lintas Sumatera KM 3 Bakauheni.
“Meski ada penginapan namun kelompok sadar wisata yang ada di Dusun Pinang Gading kita dorong membuat homestay yang memadai agar pengunjung juga nyaman untuk menginap,”terang Sahroni.
Fasilitas perahu tradisional yang digunakan masyarakat untuk ke Pulau Sindu
Selain menjadikan lokasi pulau Sindu sebagai destinasi wisata baru selain Tanjung Tua dan Menara Siger, dikembangkannya kawasan tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam bisnis pariwisata. Ia bahkan menyebut dengan semakin banyaknya penghobi wisata memancing baik di Tanjung Tua maupun kepulauan kecil di  sekitar Bakauheni menumbuhkan beberapa usaha baru penyediaan alat alat pancing, penyediaan jasa perahu serta warung warung makan. Pihak Desa Bakauheni ungkap Sahroni akan terus mendorong usaha tersebut agar warga di Desa Bakauheni bisa meningkatkan taraf hidup sebab selama ini sebagian warga Bakauheni menjadi tenaga kerja informal di pelabuhan Bakauheni sebagai tukang ojek, pengurus truk serta sebagai penjual asongan.
“Jika destinasi wisata baru tumbuh dan beberapa tempat wisata di Bakauheni telah berkembang maka akan memberi dampak pisitif juga bagi warga sekitarnya bagi kaum ibu bisa kreatif membuat warung makan dan penyediaan jasa lain,”ungkap Sahroni.
Berada di dekat pantai dengan menjual wisata perairan dan Pulau ungkap Sahroni beberapa kelompok sadar wisata diantaranya di Muara Piluk, Tanjung Tua, Pinang Gading pun akan dilatih membuat kerajinan tangan dari bahan baku yang diperoleh dari pantai. Beberapa pelatihan yang telah dilakukan diantaranya membuat kreasi dari kayu bekas untuk dibuat kerajinan ukiran, membuat miniatur perahu, memanfaatkan kerang bekas sebagai asbak serta karya seni bernilai tinggi. Kreatifitas warga tersebut diharapkan memberi nilai tambah secara ekonomis bagi warga yang tinggal di sekitar tempat wisata.
Dermaga Muara Piluk sebagai alternatif titik keberangkatan menuju Pulau Sindu
Desa Bakauheni mencatat khusus untuk wisata Tanjung Tua dalam sepekan dikunjungi oleh rata rata 200-500 orang untuk melihat keindahan Tanjung Tua. Sementara untuk pulau Sindu diakui Sahroni tingkat kunjungan wisatawan masih dikisaran puluhan orang karena infrastruktur masih dilakukan pembenahan. Sementara untuk objek wisata Menara Siger dalam sepekan bisa mencapai 500 orang dan akan meningkat saat hari libur dan even khusus. Pengembangan sektor wisata tersebut juga diharapkan bisa memberi pendapatan bagi desa dari adanya retribusi masuk berupa tiket ke tempat wisata yang akan digunakan untuk perbaikan infrastrukur jalan ke tempat wisata dan penyediaan fasilitas kamar mandi dan water closed (WC) serta mempercantik tempat wisata dengan menambah beberapa meja dan kursi serta tempet berteduh berupa gubuk bambu.

Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Henk Widi

Lihat juga...