MINGGU, 1 JANUARI 2017
MALANG — Berkah tahun baru, rupanya tidak hanya dirasakan oleh para penjual terompet maupun pedagang kembang api saja, tetapi juga dirasakan oleh para pengusaha kolam pemancingan ikan. Dalam momentum pergantian tahun tersebut, banyak kolam pemancingan ikan di Malang kebanjiran pengunjung, seperti yang terlihat di kolam pemancingan ikan Pak Karim di jalan Raya Sawojajar, Gang 17, Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, Minggu (1/1/2017)
![]() |
Suasan Kolam Pemancing Pak Karim. |
Di tempat yang konon adalah tempat pemancingan tertua di Kota Malang tersebut, jumlah pengunjung yang datang dalam momentum tahun baru bisa mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan hari biasa. “Sudah menjadi hal yang biasa, jika momentum tahun baru jumlah pengunjung atau pemancing yang datang selalu meningkat. Jika di hari biasa hanya sekitar seratus orang lebih yang datang, pada momentum tahun baru seperti sekarang ini bisa mencapai lebih dari dua ratus orang,” jelas pengelola kolam pemancingan ikan Pak Karim, Erik, Minggu (1/1/2017).
Namun, lanjut Erik, jumlah tersebut dimungkinkan masih akan terus bertambah, mengingat kolam pemancingan ikan yang dikelolanya tak memungut biaya. Erik juga mengaku, akibat melonjaknya pengunjung di momentum tahun baru, pihaknya sempat kehabisan ikan. “Pengunjung paling banyak datang pada pagi hari, jadi kalau yang datangnya agak siang sedikit saja harus siap-siap tidak dapat ikan, karena ikannya sudah habis,” terangnya.
Selain tahun baru, pada hari Minggu atau hari libur nasional, pungunjungnya juga akan meningkat. Mereka yang datang kebanyakan untuk melepaskan penat setelah berkutat dengan kesibukan kerja. Biasanya, mereka datang tidak sendiri. Tetapi, berombongan bersama keluarga ataupun teman.
Sementara itu, Erik menceritakan, kolam pemancingan Pak Karim adalah yang paling tua di Malang. Tempat pemancingan tersebut sudah ada sekitar antara tahun 1973-76. Namun sejak 11 tahun yang lalu, pemancingan Pak Karim dijual, yang kemudian dibeli oleh Pak Teguh yang merupakan kakak dari Erik. “Jadi, sejak 11 tahun yang lalu, pemilik kolam pemancingan ini sudah pindah tangan dan sekarang pemiliknya adalah kaka saya sendiri, Pak Teguh. Tapi, meskipun sudah pindah tangan, nama tempat pemancingannya tidak kita ganti, tetap menggunakan nama kolam pemancingan Pak Karim,” ucap Erik.
Disebutkan, di tempat pemancingan yang berjarak kurang lebih hanya 5 Kilo meter dari pusat Kota Malang dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat tersebut, memiliki enam kolam pemancingan yang berisi berbagai jenis ikan seperti Lele, Gurame, Nila Merah besar dan kecil, Tombro, Bawal dan Patin. Ikan-ikan tersebut didatangkan dari daerah Seragen, Blitar dan Jombang. “Khusus ikan Nila merah dan Tombro kita datangkan dari Sragen, karena di Jawa Timur belum bisa dibudidayakan. Untuk ikan lainnya didatangkan dari Blitar dan Jombang,” terangnya.
Di tempat pemancingan Pak Karim, tidak ada biaya masuk. Tapi, ikan yang terpancing nantinya harus dibeli dengan harga bervariasi, tergantung jenis ikan. Untuk ikan Bawal, Lele dan Patin, harganya Rp. 25.000 per kilogram, Nila merah Rp. 25.000 per kilogram, Tombro Rp. 37.000 per kilogram, dan Gurame Rp. 45.000 per koilogramnya. “Jadi, nanti misal ada yang datang ke sini tapi tidak mendapatkan ikan, ya bisa langsung pulang tanpa harus membayar apapun,” tuturnya.
Di tempat ini juga menjual umpan untuk ikan berupa pelet dan menyewakan pancingan dengan harga Rp. 1.000. Juga disediakan pula jasa pembersihan ikan bagi pengunjung yang ingin membersihkan ikan hasil tangkapannya. “Ada satu peraturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu setiap ikan yang terpancing tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam kolam, karena ikan akan mati,” tegasnya.
Lebih lanjut Erik mengaku, melalui usaha kolam pemancingan tersebut, dalam satu bulan bisa memperoleh omset lebih dari Rp. 30 Juta. Ada pun kendala dalam mengelola kolam pemancingan ikan yaitu faktor cuaca, yang jika musim hujan dapat mengurangi jumlah pengunjung. “Tapi meskipun hujan, dengan menggunakan mantel kadang masih ada orang yang nekat untuk memancing,” pungkasnya.
Jurnalis : Agus Nurchaliq / Editor : Koko Triarko / Foto : Agus Nurchaliq