SABTU, 19 MARET 2016
Jurnalis: Rianto Nudiansyah / Editor : Fadhlan Armey / Sumber foto: Rianto Nudiansyah
BANDUNG — Banyak musisi Indonesia berkiblat ke Eropa atau Amerika, namun tidak diikuti oleh Iman Rohman (36) alias Zimbot. Pria asal Ciamis, Jawa Barat ini justru memilih mengkampanyekan musik daerah khas ‘Tanah Sunda’ ke berbagai negara. Dia pernah terbang ke Uzbeksitan, Francis, Jerman, Belanda, Polandia, Australia, Korea, jepang, Thailand, Filipina, Singapura hingga Malaysia untuk mengenalkan budaya Sunda.
Zimbot |
Boleh dibilang, kesempatannya pergi ke sejumlah negara tersebut hanya berbekal keahliaan memainkan berbagai macam alat musik Sunda saja. Artinya, Zimbot tak pernah mengeluarkan dana sepeserpun.
Tapi bukan berarti mengandalkan keberuntungan saja. Andaikata tak mencintai kebudayaan asli Indonesia bisa jadi Zimbot tak pernah menginjakan kaki ke luar negeri.
“Saya sudah jatuh cinta dengan musik tradisional Sunda dari mulai duduk di Sekolah Dasar. Awalnya saya termotivasi oleh Bapak, karena beliau bisa menghidupi tujuh anaknya walaupun kerjaannya hanya menjadi pemain kendang panggilan,” tutur Zimbot kepada Cendananews, Sabtu (19/3/2016).
Sejak saat itu, Zimbot mulai mempelajari alat musik tradisional seperti suling, kecapi, kendang, gamelan dan rebab. Tahun 1999 silam, dia mulai hijrah ke Kota Bandung untuk menjadi pengamen jalanan, memainkan alat musik kecapi.
“Saya dulu juga kuliah di Universitas Padjadjaran Fakultas Sastra, tapi enggak lulus. Waktu di Unpad itu saya pertama pergi ke luar negeri, karena dulu ada program dari kampus seperti pertukaran budaya ke Jepang,” kenangnya.
Setelah itu undangan dari berbagai negara pun mengalir deras. Uniknya hingga saat ini Zimbot tidak mengerti bahasa lain selain Sunda dan Indonesia. Bahkan selama tour ke luar negeri, dia tetap berbicara menggunakan bahasa Sunda.
“Saya sebenarnya enggak bisa bahasa Inggris, tapi musik itu memiliki bahasa tersendiri. Jadi ketika saya kolaborasi dengan musisi-musisi dari negara asing kita tidak harus saling bicara tapi langsung klop,” ungkapnya.
Zimbot pun menyayangkan, dewasa ini minat masyarakat terhadap musik tradisional semakin berkurang. Malahan banyak yang memilih mempelajari alat musik yang notabene bukan asli dari Indonesia, diantaranya gitar, piano dan drum. Memang dia sampaikan, mempelajari seluruh alat musik itu bagus, namun jangan sampai melupakan alat musik warisan dari nenek moyang.
Orang luar negeri sangat menghargai musik tradisional kita, seperti di australia Ia pernah dikerubuti sekelompok anak kecil, hanya ingin belajar memainkan alat musik khas Sunda.
“Tapi kalau di sini tidak seperti itu, semestinya antusias masyarakat Indonesia kepada musik tradisional harus lebih besar, karena kita pemiliknya,” harapnya.
Menurutnya, musik tradisional juga bisa menjadi media silaturahmi lintas budaya. Buktinya, sekalipun Zimbot tak memahami bahasa asing, tapi kini kawan-kawannya cukup banyak di luar negeri.
“Mereka tidak mengerti apa yang saya bicarakan, begitu juga sebaliknya. Tapi saat kita bertemu saling pelukan, seperti mengenal dekat. Itu musik dan kebudayaan kita yang berkomunikasi, pesan bisa sampai juga ke mereka lewat musik tradisional ini,” pungkasnya.