“Sekali panen sudah terlihat hasilnya lumayan dan belum ada pesaing di sini sehingga selanjutnya saya menambah lagi budidaya bebek dengan melakukan penambahan kandang dan melakukan pemagaran serta menambah jumlah bebek yang diternak,”ungkap Wagimin.
Hingga awal tahun ini ia mengaku sedang membedarkan sekitar 1.200 ekor bebek berumur 3 hari yang sudah divaksin dengan harga Rp9 ribu per-ekor. Bibit tersebut didatangkan dari daerah Tegal dan kadang dari Brebes Jawa Tengah. Ia mengaku bebek pedaging yang dibesarkan olehnya banyak diminati oleh konsumen beberapa usaha kuliner di Jakarta dan sekitarnya.

Sebagai upaya pengembangan ia mulai memperluas kandang bebek dengan standar ukuran kandang sebesar 1 meter persegi yang diisi bebek pedaging sebanyak 6 ekor dan menempati area seluas 4×6 meter di setiap petak.
Wagimin mengaku saat ini memilih budidaya bebek pedaging lokal meski ada bebek hibrida dan peking. Pilihan bebek lokal karena harga bibit saat ini per ekor seharga Rp9ribu. Bibit tersebut dibesarkan olehnya dengan umur sekitar 50-55 hari dan meski memelihara ribuan ekor bebek saat penyortiran terkadang sebanyak 5 persen bebek yang dipeliharanya tidak masuk ukuran konsumsi dan sebagian mati.
Meski demikian ia mengaku tidak kapok dan bahkan bebek ternak miliknya bisa dijualdengan harga perekor mencapai Rp 30ribu selama 50 hari dengan ukuran 1,5 kilogram per ekor.
“Budidaya bebek memerlukan ketekunan dan saya melihat peluang banyaknya sumber pakan dari penggilingan padi di wilayah ini yang melimpah”terang Wagimin.

Ia mengaku saat ini ia menyiapkan pakan bebek pedaging dengan membeli dedak dari penggilingan padi seharga Rp2,500 perkilogram dan ikan giling dengan harga Rp3,000 perkilogram. Pembelian pakan dalam bentuk jagung yang digiling, dedak padi, gilingan ikan dalam satu bulan menghabiskan sebanyak 2 ton dedak (bekatul) diberi campuran tepung ikan selain itu campuran jagung serta pur tambahan sebanyak 4 kuintal.