SABTU, 27 FEBRUARI 2016
Jurnalis: Rianto Nudiansyah / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber foto: Rianto Nudiansyah
BANDUNG — Masyarakat Indonesia di 12 Provinsi akan menjadi saksi fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) pada 9 Maret mendatang. Adapun daerah yang akan dilalui yakni Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Sementara di Pulau Jawa hanya sebagian saja.
Kacamata untuk melihat gerhana matahari total |
Untuk bisa melihat momen langka ini secara sempurna, tak dapat dilakukan oleh mata telanjang. Lantaran bisa merusak retina mata hingga membuat kebutaan. Astronom asal Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Hendro Setyanto merancang alat khusus agar mata tidak terpapar radiasi berbahaya. Alat ini bernama ‘kacamata matahari raksasa’ yang dapat sekaligus digunakan oleh 50 orang. Kacamata khusus ini memiliki panjang sembilan meter dan lebar 15 hingga 30 meter. Sejauh ini, dia baru menyelesaikan prototipe dengan ukuran satu meter.
“Dengan menggunakan kacamata yang lebih besar, gerhana matahari akan terkesan lebih besar, padahal sebenarnya sama saja dengan memakai kacamata matahari biasa,” tutur Hendro.
Sebelum tanggal 5 Maret, dia memastikan alat ini sudah rampung, sebab harus segera melakukan pengamatan GMT dengan astronom lainnya di Pulau Bangka. Memang ongkos produksi alat ini, dia katakan tidak murah, mengingat beberapa bagiannya tak bisa ditemukan di Indonesia. Hendro membeberkan, untuk satu kacamata raksasa garapannya itu bisa menghabiskan dana sekira 60 juta rupiah.
“Pada tanggal 5 sampai 7 Maret, rencananya kita akan berangkat ke Bangka. Nanti kita bagi rombongan dalam tiga bagian supaya kita tidak repot saat membawa barang-barang, ” lanjutnya.
Selain kacamata raksasa, lulusan S2 Jurusan Astronomi ITB ini pun sedang disibukan membuat sekira 50.000 kacamata matahari berfilter khusus. Projek yang digarap sejak 2014 lalu ini khusus dipersiapkan untuk GMT tahun 2016. Nantinya 50.000 kacamata ini akan disebar di beberapa daerah yang dilintasi GMT. Adapun yang memesan adalah perorangan dan instansi.
“Pada akhir 2015, yang pesan semakin banyak, karena tahu bahwa fenomena GMT ini sangat penting,” ungkap dia.
Dalam pengerjaannya, Hendro melibatkan warga sekitaran rumahnya di Kampung Areng, RT 2 RW 12, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, KBB. Pada setiap pekan, dia mampu memproduksi sekira 4000 kacamata matahari berfilter khusus ini. Namun bukan tanpa kendala, Hendro mengaku kesulitan mengontrol kualitas bingkai, karena keterbatasan alat percetakan.
“Kami hanya bisa mengontrol filter apakah terpasang dengan benar, karena kalau sampai bocor akan berbahaya untuk mata,” pungkasnya.