Melihat Lebih Dekat Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman

Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman
SURABAYA – Selain dari museum, Warisan sejarah yang harus ditinggalkan para pejuang adalah monumen. Untuk di Kota Surabaya yang terkenal dengan sebutan kota pahlawan memiliki banyak monumen, salah satunya monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman yang terletak ditengah-tengah jalan Yos Sudarso menuju Balai Kota Surabaya.
Monumen ini diresmikan pada 10 November 1970 oleh Presiden Soeharto dalam rangkaian peringatan hari pahlawan. Patung dibuat dengan posisi tegak, tangan disamping, ujung celana dimasukkan ke dalam sepatu boot dan sebilah pedang tampak menggantung disebelah kiri. Pakaian yang digunakan menyerupai seragam PETA, kesatuan dimana Soedirman mengenyam pendidikan militernya.
Pada dua sisi monumen ini terdapat kata-kata mutiara Jenderal Soedirman, yaitu:
  1. Pertjaya kepada diri sendiri.
  2. Teruskan perdjoangan kita.
  3. Pertahankan rumah dan pekarangan kita sekalian.
  4. Tentara kita djangan sekali-kali mengenal sifat menyerah kepada siapapun djuga yang akan mendjajah dan menindas kita kembali.
  5. Ingat, bahwa pradjurit Indonesia bukanlah pradjurit sewaan, dan bukan pradjurit yang menjual tenaganja karena hendak merebut sesuap nasi.
  6. Satu-satunya hak milik nasional Republik yang masih tetap utuh tidak berobah-robah, meskipun harus menghadapi segala matjam soal dan perobahan adalah hanya angkatan perang Republik Indonesia.

Soedirman lahir pada 24 Januari 1916 di Bodas Karangjati Purbalingga, dari Bapak Karsid Kartowirodji yang bekerja di pabrik gula dan Ibu Siyem yang merupakan keturunan Wedara Rembang. Beliau menjalani pendidikan formal di Taman Siswa kemudian melanjutkan di HIK (Sekolah Guru) Muhammadiyah Surakarta.
Pada tanggal 12 Desember 1945, lima minggu setelah berakhirnya pertempuran Surabaya, Soedirman memimpin pasukan TKR dalam sebuah serangan serentak terhadap kedudukan Inggris di Ambarawa. 
Pertempuran yang kemudian terkenal dengan sebutan Palagan Ambarawa itu berlangsung selama lima hari dan berhasil memaksa pasukan Inggris untuk mundur ke Semarang. Kemenangan di Palagan Ambarawa ini membuat Presiden Soekarno tidak ada alasan lagi untuk menunda pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TKR/ Panglima Angkatan Perang RI, yang dilakukan pada 18 Desember 1945, sekaligus memberinya pangkat jenderal.
Panglima Besar Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang pada 29 Januari 1950 di usia yang baru genap 34 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada 1997, pemerintah orde baru memberinya gelar Jenderal Besar Anumerta bintang lima, sebagaimana yang diberikan pemerintah kepada Soeharyo dan A.H. Nasution.

——————————————————-
Rabu, 10 Juni 2015
Jurnalis       : Charolin Pebrianti
Fotografer : Charolin Pebrianti
Editor         : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-
Lihat juga...