
MATARAM – Salah satu masjid tua peninggalan para wali di Pulau Lombok adalah masjid Ar-ra’isiyah, Kelurahan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Masjid yang dulunya hanya berupa masjid dengan bangunan berukuran kecil, beratapkan ilalang dan bertembokkan bedek kini telah berubah menjadi masjid dengan bangunan berasitektur modern dan megah.
Terletak ditengah permukiman padat penduduk warga Kelurahan Sekarbela Kota Mataram, masjid Al-ra’isiyah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak nampak berdiri kokoh dengan salah satu menara yang panjangnya sampai sekian ratus meter, menjulang tinggi ke udara.
Masjid yang dibangun diatas lahan seluas 10 hektare tersebut merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak yang hidup pada abad ke 1800 Masehi sebagai tempat menyiarkan ajaran islam di Lombok, khususnya di Kota Mataram yang pada waktu itu dikuasai raja anak agung.
Berdasarkan cerita salah seorang tokoh masyarakat setempat, Herman (50), masjid Al-Ra’isiyah oleh masyarakat setempat juga disebut masjid bengaq (keheranan), karena sewaktu Gaus Abdul Razak berdakwah menyampaikan ajaran islam, disekitar masjid waktu itu tiba-tiba muncul sumber mata air yang kemudian membuat warga setempat keheranan.
“Sumber mata air tersebut sampai sekarang tetap mengalir dan masih tetap dipakai warga Sekarbela untuk mandi, namun seiring dengan pesatnya pembangunan dan permukiman warga termasuk mulai hilangnya pohon yang ada di sekitar masjid, lambat laun air yang mengalir dan ditampung di kolam bengaq yang bersumber dari bawah bangunan masjid semakin kecil, tidak sejernih dulu” kata Herma saat ditemui di Masjid Al-Ra’isiyah, Rabu (24/6/2015).
Menurutnya, keajaiban munculnya air yang berlimpah tersebut telah menyadarkan masyarakat setempat dan memeluk Islam. Masyarakat kaget sehingga mereka pun menggalinya hingga kedalaman 8 meter, mata air tersebut lambat laun terus membesar sehingga membentuk kolam.
Itulah mengapa masjid tersebut dinamakan ‘Bengak’, lantaran diambil dari bahasa sasak yang berarti heran. Masyarakat menjadi heran dengan kemunculan air yang berlimpah dari dalam tanah tersebut, yang akhirnya memakmurkan kehidupan warga. Untuk menjaga kelestariannya, masyarakat sekitar membuat kolam berukuran 5 x 15 meter dengan kedalaman kurang lebih 1,5 meter, tepat didepan mimbar Masjid.
Sumur Mimbar Dipercaya dapat Sembuhkan berbagai Penyakit

Herman mengatakan, selain kolam bengaq, peninggalan paling bersejarah dari masjid Al-Ra’isiyah yang masih tetap ada dan dikenal masyarakat setempat termasuk masyarakat dari luar NTB adalah sumur mimbar yang terletak di bagian pojok mihrab masjid yang dipercaya memiliki kekuatan supernatural, dimana air sumur dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Kepercayaan tersebut didasarkan pada keyakinan, karena sumur mimbar merupakan peninggalan wali yang memiliki keistimewaan sendiri dan dekat dengan Allah SWT. Tidak heran Setiap bulan warga dari Lombok terutama dari luar NTB sering datang mengambil air sumur mimbar untuk dijadikan sebagai obat menyembuhkan penyakit yang diderita.
“Kalau air sumur mimbar memang sudah sejak dari dulu dipercaya masyarakat Pulau Lombok maupun dari luar NTB menyembuhkan berbagai macam penyakit, karena merupakan peninggalan wali dan dari cerita beberapa warga yang pernah datang mengambil air sumur bengaq, setelah minum memang ada perubahan bahkan sembuh, tapi saya kira itu semua juga bekat keyakinan akan pertolongan allah dan bukan karena air sumur semata” ungkapnya.
Peninggalan bersejarah lainnya yang masih berdiri kokoh dan tetap dibiarkan sampai sekarang di bagian mihrab masjid adalah tiang penyangga masjid bernama sokoguru yang terbuat dari kayu ipil juga menjadi saksi bagaimana masjid Al-Ra’isiyah merupakan masjid pertama dan tertua sebagai pusat penyebaran ajaran islam di Kota Mataram.
Ditambahkan Herman, untuk memperindah bagian mimbar dan mihrab masjid, atas kesepakatan panitia dan masyarakat setempat, mimbar termasuk empat tiang sokoguru dari kayu ipil hitam setinggi 20 meter kemudian dihiasi ukiran bertuliskan huruf kaligrafi al-qur’an.
“Sampai saat ini masjid Al-Ra’isiyah sudah mengalami perluasan dan renovasi sampai lima kali di mana semua anggaran dana pembangunanya murni hasil swadaya masyarakat, tanpa ada bantuan dari luar termasuk pemerintah, dengan bangunan megah seperti sekarang mungkin sudah menghabiskan dana sampai triliunan” ungkapnya.
Kini, masyarakat banyak menghabiskan waktu berbuka sambil duduk-duduk santai di palataran masjid, bahkan di luar bulan puasa ramadhan pun masjid tersebut tetap ramai. Tidak jauh dari Masjid tersebut berdiri Pondok Pesantren yang didirakan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Rais sebagai bukti bagaimana kejayaan islam di Kota Mataram dimulai dari masjid Al-Ra’isiyah Sekarbela.




——————————————————-
RABU, 24 Juni 2015
Jurnalis : Turmuzi
Fotografer : Turmuzi
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-