Terkena Jalan Tol, Umat Gotong Royong Bangung Gereja Baru

Umat Katolik di Lampung bergotong royong membangun Gereja
CENDANANEWS (Lampung)- Rencana pembangunan Jalan Tol Sumatera (JTS) berimbas pada beberapa sektor termasuk diantaranya rumah ibadah. Patok merah dan kuning yang tepat mengenai lokasi bangunan gereja lama milik umat Katolik di Stasi Pasuruan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung pun menjadi salah satu lokasi yang terkena dampak langsung rencana Jalan Tol Sumatera tersebut.
Menurut salah satu tokoh umat Katolik di Stasi Pasuruan, Erik Klimin, pemerintah telah merencanakan untuk membangun jalan tol dari Bakauheni hingga Sumatera Selatan. Salah satu ruas jalan tol itu tepat berada di halaman gereja lama. 
Karena itu, umat Katolik Stasi Pasuruan akhirnya mengurus perizinan pembangunan gereja baru. Umat Katolik setempat terus berupaya secara swadaya untuk bisa memiliki tempat ibadah baru.
“Setelah pertimbangan dari umat dan juga kesepakatan dengan proses perizinan dari pemerintah dan masyarakat akhirnya kami mendapat lokasi baru sekitar 500 meter dari lokasi awal untuk gereja baru,”ungkap Erik Klimin kepada media ini Minggu (31/5/2015).
Setelah lokasi diperoleh akhirnya umat Katolik di Pasuruan yang jumlahnya mencapai sekitar 80 Kepala Keluarga mengumpulkan dana untuk pembangunan bangunan gereja baru. Dana serta pengerjaan pembangunan yang dilakukan secara swadaya tersebut dilakukan akibat keterbatasan umat yang ada di stasi tersebut.
Pembangunan gereja tersebut pun mendapat respon positif dari unsur Muspika Kecamatan Penengahan, bahkan peletakan batu pertama gereja ini berlangsung pada pada bulan April tahun lalu dilakukan langsung oleh Camat Penengahan, Lukman Hakim; Kepala Binmas Katolik Kementerian Agama Lampung Selatan, Idrus Effendi; Kepala Dewan Pastoral Bakauheni, Martoyo; dan perwakilan Koramil dan Polsek Penengahan. Peristiwa ini disaksikan tokoh umat Katolik di Stasi Pasuruan, termasuk umat Muslim yang tinggal di sekitar lokasi.
Lukman Hakim sebagai Camat Penengahan memuji keberadaan gereja Katolik yang sebelumnya berdampingan dengan Masjid di desa itu. Menurutnya, dua tempat ibadah yang berdampingan merupakan cerminan kerukunan warga. Ia juga mengapresiasi langkah umat Katolik, baik dalam hal sumber pendanaan maupun proses perizinan pembangunan. 
Proses pembangunan gereja yang masih terus dalam proses pengerjaan tahap ketiga hingga menara gereja tersebut masih terus berlangsung. Seluruh umat baik laki laki, wanita bahkan terlibat dalam pembangunan gereja tersebut.
“Kaum ibu selain ikut membantu pengerjaan bangunan gereja juga turut membantu dengan memasak menyiapkan konsumsi bagi para umat yang bekerja sehingga pembangunan semua dilakukan oleh umat di sini,”ujar Erik Klimin.
Rencana pemerintah yang akan membangun jalan tol sekaligus bangunan geraja lama yang sudah tidak layak membuat umat di Stasi Pasuruan secara swadaya melakukan pembangunan gereja baru dengan sumber pendanaan dan tenaga dari umat. Selain itu Erik mengaku dukunngan dari umat lain selain umat Katolik juga terlihat dari bantuan tenaga serta perizinan umat lain yang ada di wilayah tersebut.
“Toleransi di lokasi pembangunan gereja cukup bagus sehingga dukungan ini sangat membantu umat kami membangun gereja baru dengan melihat kondisi gereja lama yang tak layak pakai,”ungkap Erik Klimin.
Sementara itu umat stasi Pasuruan, Budi (34) mengaku selain karena bangunan gereja lama akan dilalui jalan tol Sumatera, beberapa bagian bangunan gereja lama sudah retak di beberaap bagian. Harapan akan gereja yang lebih layak untuk beribadah tersebutlah yang membuat umat melakukan swadaya membangun gereja baru.
Keterbatasan umat akan pendanaan membuat umat melakukan iuran sesuai kemampuan keluarga masing masing dengan ditambahi dana dari donatur yang peduli akan pembanguan gereja baru bagi umat Katolik di Pasuruan.
Dana yang dikumpulkan oleh umat dan donasi dari berbagai pihak tersebut dipergunakan untuk pembelian material bangunan. Sementara untuk tenaga pengerjaan serta konsumsi para pekerja dipikul secara bersama sama oleh umat Katolik bahkan dengan sistem bergilir memasak untuk para pekerja.

——————————————————-
Minggu, 31 Mei 2015
Jurnalis       : Henk Widi
Fotografer : Henk Widi
Editor         : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-
Lihat juga...