Pasca Banjir Petambak Udang Kembali Garap Lahan

Tambak Udang
CENDANANEWS(Lampung) – Pasca banjir yang melanda ratusan hektar lahan tambak udang  dan ikan bandeng milik warga di Kecamatan Ketapang Lampung Selatan Provinsi Lampung, warga mulai mengusahakan untuk membudidayakan udang dan bandeng di kawasan tersebut.
Menurut dia, banjir yang terjadi bulan Februari lalu merendam tambak siap panen, akibat luapan sejumlah tanggul penangkis dan aliran sungai yang tersebar di parit 5,6,7,8,9 dan 10 Desa Berundung. Petani merugi milyaran rupiah. 
“Setidaknya kerugian akibat banjir tersebut mencapai Rp 1,2 miliar, dengan akumulasi harga udang windu Rp 120 ribu perkilogram dan ikan bandeng Rp 15 ribu perkilogram,” jelas Kepala Desa Berundung, Sultan, Senin (20/4/2015).
Namun para petambak tidak terpuruk dengan keadaan tersebut, setelah curah hujan mulai berkurang dan memasuki musim kemarau bahkan beberapa petambak mulai melakukan budidaya lagi.
Dari pantauan Cendananews.com bahkan beberapa lahan tambak sudah disiapkan untuk budidaya udang jenis Windu serta ikan Bandeng. Proses pembersihan dan pengeringan tambak dilakukan, sementara di lahan tambak lain puluhan hektar lahan tambak ikan bandeng pun bahkan hampir memasuki masa panen.
“Bulan Februari memang ratusan hektar tambak sempat mengalami kebanjiran, maka kami berjaga di sekitar tambak agar tidak jebol, tapi beberapa lahan tambak warga lain ada yang jebol akibat limpasan air,” ujar Rokim (34) warga Paret 5 Desa Berundung Kecamatan Ketapang.
Ia mengaku usaha tambak ikan bandeng serta udang windu sudah ditekuninya sejak tahun 2000 lalu. Ia mengaku kesulitan yang dihadapi oleh para petambak adalah was was saat musim penghujan datang sebab selain karena mengakibatkan tambak bisa jebol, curah hujan juga mengakibatkan air limpasan dari saluran besar masuk ke lahan tambak warga.
Sementara jika musim kemarau, warga masih bisa melakukan budidaya udang dan ikan bandeng dengan sistem pompa air. Saluran saluran air yang dibuat par petambak disalurkan ke lahan lahan tambak untuk dipergunakan mengairi lahan tersebut.
“Kalau saya memilih musim kemarau atau musim yang tidak terlalu tinggi curah hujannya, setidaknya pasokan air tersedia, namun jika musim penghujan kecenderungan merugi akan semakin besar,” ujar Rokim.
Rokim dan ratusan petambak di Kecamatan Ketapang mengaku terbantu dengan adanya saluran air yang ada di kawasan tersebut. Meskipun modal untuk budidaya udang dan bandeng di tambak cukup mahal terutama untuk proses pengairan menggunakan pompa, namun hasil yang diperoleh menggiurkan membuat warga tetap terus melakukan budidaya di lahan tambak mereka.
Kecamatan Ketapang telah ditetapkan oleh Pemenrintah Kabupaten Lampung Selatan sebagai kawasan minapolitan. Ratusan hektar lahan tambak untuk budidaya udang windu, vaname yang rata rata dikelola secara tradisional menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan yang memiliki ciri khas hasil produksi perikanan.
Sebelumnya pada bulan Februari petani tambak di Kecamatan Ketapang hanya bisa pasrah saat melihat tambaknya dilanda banjir selama musim hujan ini. Ratusan hektar tambak udang dan ikan bandeng milik 101 petani ikan di Desa Berundung, Kecamatan Ketapang  merugi sekitar Rp1,2 milyar yang dihitung dari modal, operasional dan bibit yang ditebar.
“Musim hujan pada bulan Februari lalu membuat petambak di Desa Berundung harus mengalami kerugian yang cukup besar. Tambak mereka dilanda banjir karena hujan yang terus mengguyur. Sekitar 121 hektar tambak udang windu dan ikan bandeng usia 2-3 bulan milik warga diterjang banjir,” kata  Sultan.
Lihat juga...