Hadi Subroto Terus Lakukan Penelitian Dampak Letusan Krakatau di Bakauheni

CENDANANEWS(Lampung) – Peneliti Independen terkait dampak letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 lulusan Universitas Sumatera Utara (USU), Hadi Subroto  masih terus melakukan proses penggalian di bukit kepayang Desa Kelawi Kecamatan Bakauheni Lampung Selatan Provinsi Lampung.
Berdasarkan penuturannya, eskavasi atau penggalian skala besar sudah dilakukannya sejak tahun 2014 lalu meski diakui Hadi Subroto penggalian sudah dimulai sejak tahun 2012 dengan penggalian secara manual. Proses penggalian dugaan adanya benda yang tertimbun di bukit Kepayang yang dari hipotesa awalanya merupakan kapal dampak letusan Gunung Krakatau menurut Hadi Subroto dilakukan dengan bukti bukti ilmiah yang ditelitinya.
Berdasarkan penelitian menggunakan geolistrik kerjasama dengan Universitas Lampung akhirnya Hadi Subroto membuat kesimpulan dan melakukan penggalian secara mandiri, hingga di tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan ikut membantu fasilitas alat berat berupa escavator untuk melakukan penggalian skala besar dan membentuk tim Exploration 1883.
Menurut Hadi Subroto, ada sebuah benda yang tertimbun di Bukit Kepayang, Bakauheni, Lampung Selatan yang diduga merupakan kapal kuno. Diduga, kapal tersebut tersangkut di bukit berketinggian 155 meter dari permukaan laut itu adalah akibat tsunami terkait letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
Dugaan keberadaan kapal kuno tersebut oleh peneliti independen Hadi Subroto bahkan dibuat dalam sebuah makalah dan penelitian. Ia menyebut, dari hasil pengujian geolistrik tampak jelas bahwa objek yang diduga badan kapal terlihat membentuk anomali yang menyerupai irisan sebuah lambung kapal. 
“Posisinya mengguling menghadap ke timur dengan ukuran tinggi lambung dan dak masing-masing sekitar 15 meter. Kami terus melakukan penggalian dari manual, menggunakan alat berat dan kini menggunakan alat manual kembali karena posisinya yang sudah tak memungkinkan menggunakan alat berat,” ujar dia kepada Cendananews.com Minggu (12/4/2015).
Hadi menyebutkan, bentuk itu identik dengan ukuran lambung kapal seperti yang telah diperkirakan melalui foto satelit dan analisa pergeseran jejak longsor.
Dijelaskan, kapal yang menyangkut di puncak bukit Kepayang dengan ketinggian 155 meter di atas permukaan laut itu selanjutnya bergerak menuruni lereng bukit yang memiliki kemiringan sebesar 20 derajat sejauh sekitar 150 meter di lereng bukit pada ketinggian 125 meter di atas permukan laut. 
“Tidak hanya sampai di situ, kapal mengalami longsor untuk kedua kalinya sejauh 150 meter hingga di dasar bukit,” ujarnya.
Hadi mengatakan di posisi terakhir ini, pola bayangan berbentuk mirip lambung sebuah kapal berada pada gundukan sepanjang 200 meter membentang dari utara ke selatan.
Ia mengatakan proses penelitian dlanjutkan dengan melakukan penggalian secara manual dari puncak gundukan longsor dengan metode pembuatan sumur dengan peralatan pahat batu. Hadi memperkirakan keberadaan kapal tersebut pada kedalaman antara 25–30 meter dari permukaan bukit. Bahkan proses yang dilakukan oleh Hadi pada tahap awal memakan waktu sekitar 1 tahun 6 bulan, dan kini ia mengaku sudah memasuki waktu lima tahun.
Ia menuturkan pada masa minggu minggu awal penggalian dengan alat berat, alat berat sudah mencapai lapisan debu batu apung. Setelah selama sepekan ekskavasi beberapa lapisan batuan, tanah ditemukan. Menurut Hadi Subroto lapisan debu batu apung mulai dominan pada hari ini. Bahkan menurutnya lapisan debu batu apung yang menyerupai debu tersebut akan ada setebal sekitar 2 meter. Setelah lapisan tersebut ujarnya, akan muncul batuan apung murni yang lebih tebal lagi di kedalaman di bawahnya.
“Dugaan saya batuan apung ini terbawa gelombang piroklastik saat letusan Krakatau 1883. Batuan vulkanik merupakan lava berbuih terpadatkan yang di dalamnya berongga udara. Batuan ini merupakan hasil batuan beku gunung berapi, “ujar Hadi Subroto.
Alat berat juga pada saat kedalaman sekitar 18-19 meter sempat menemui batuan batuan keras berukuran sangat besar. Diantaranya terdapat batuan gosong berwarna gelap yang menurut Hadi Subroto merupakan lapisan dari material vulkanik yang membeku. Batuan batuan tersebut merupakan lava beku yang terbawa dari Gunung Krakatau yang menurut hipotesa Hadi Subroto menjadi daya dorong sehingga membawa kapal yang mencapai Bukit Kepayang.
Ekskavasi oleh tim Exploration 1883 tersebut menurut Hadi Subroto masih akan terus dilakukan. Penelitian yang dilakukannya tersebut murni merupakan penelitian independen dan hipotesa yang telah dibuatnya terkait ledakan dahsyat Krakatau pada tahun 1883 akan terjawab jika penggalian yang dilakukannya menemukan benda yang diduga adalah kapal di Bukit Kepayang tersebut.

———————————————————-
Minggu, 12 April 2015
Jurnalis : Henk Widi
Editor   : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-

Lihat juga...