Petani Lidah Buaya Waspadai Serangan Hama di Musim Hujan

Editor: Koko Triarko

“Kalau sudah terserang penyakit ini, semua tanaman akan lonyot (busuk). Jadi sebelum hal itu terjadi, petani harus secepatnya mengkarantina tanaman lain. Caranya bisa dengan mencabut tanaman yang terserang, lalu memberikan pupuk kapur dolomit pada media tanam tersebut. Tunggu sampai 2 bulan sampai semua patogen mati, baru setelah itu bisa ditanami kembali,” katanya.

Sementara itu, untuk pencegahan, para petani aloevera disarankan memilih media tanam yang poros untuk menghindari serangan penyakit ini. Hal ini diperlukan, karena pada dasarnya tanaman aloevera tidak terlalu menyukai media tanan yang becek dan terlalu banyak mengandung air. Mengingat tanaman aloevera berasal dari daerah kering dan minim air.

“Media tanam yang paling bagus adalah tanah, pupuk, kandang, sekam mentah/sekam bakar dan pasir. Usahakan tanah yang dipakai bukan tanah liat, namun tanah yang poros. Sehingga jika terjadi hujan, air bisa langsung mengalir dan tidak tertagan di media tanam,” katanya.

Alan sendiri membudidayakan tanaman lidah buaya atau aloevera di lahan seluas 2.500 meter. Memanfaatkan bedengan untuk mencegah genangan air, ia menanam dua jenis aloevera, yakni jenis Sinensis Barker serta Berbasensis Miler.

Dari sekitar 5000 tanaman, ia mengaku mampu memanen sekitar 3-5 kuintal daging pelepah aloevera mentah setiap hari. Dengan harga jual aloevera geade A, Rp7.000 per kilogram, ia mengaku bisa mendapatkan keuntungan puluhan juta rupiah.

Keuntungan itu ia dapat dari hasil menjual daging setengah jadi ke sejumlah pabrik kosmetik maupun kesehatan, maupun mengolahnya menjadi produk minuman segar nata de aloevera.

Lihat juga...