Menko PMK: Indeks Pembangunan Manusia 2021 Meningkat di Semua Dimensi
Menurut Muhadjir, konsep Siklus PMK tidak hanya dilakukan oleh Kemenko PMK saja, tapi juga melibatkan banyak pemangku kepentingan, antara lain kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dunia pendidikan, dunia usaha, dan keterlibatan masyarakat.
Saat ini, Kemenko PMK telah melakukan inventarisasi sejumlah indikator yang berkontribusi bagi pencapaian setiap fase siklus PMK.
Lebih kurang ada 150 indikator bidang PMK yang diperoleh dari RPJMN 2020-2024, laporan kinerja kementerian/lembaga 2020, mitra koordinasi Kemenko PMK, maupun sumber lain seperti data Badan Pusat Statistik (BPS).
Menko PMK mengemukakan ada enam fase Siklus PMK. Pertama, fase prenatal dan ASI atau disebut juga 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan balita. Pada fase ini yang menjadi perhatian pemerintah adalah memastikan kecukupan gizi dan pola asuh bayi, batita, dan balita untuk mencegah gagal tumbuh (stunting).
Kedua, fase usia dini anak. Pemerintah telah menginisiasi program Pendidikan Anak Usia Dini- Holistik Integratif (PAUD-HI) yang memaksimalkan kemampuan kognitif anak (stimulasi psikologis, pola asuh yang tepat, pemberian makan yang tepat) termasuk pembiasaan pada nilai-nilai karakter yang baik.
“Fase ketiga ini kita namakan Wajib Belajar atau fase investasi sekolah melalui wajib belajar 12 tahun dan penguatan pendidikan karakter. Namun, kita tahu pencapaian wajib belajar 12 tahun ini masih terkendala dengan belum maksimalnya capaian Angka Partisipasi Kasar (APK) seperti yang ditargetkan dalam RPJMN 2020-2024, dimana APK SMP/sederajat menjadi 95,43 persen tahun 2024 dan APK SMA 84,02 persen,” katanya.
Fase keempat, yaitu fase perguruan tinggi yang menargetkan peningkatan produktivitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Ini sangat dibutuhkan agar Indonesia siap menghadapi bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2030.