Survei: 7 dari 10 Anak Kesulitan Ikuti Pembelajaran Jarak Jauh

Fakta kesulitan belajar juga dialami oleh anak–anak di Daerah Istimewa Yogyakarta, ujarnya.

Para kelompok anak yang tergabung sebagai Child Campaigner dalam gerakan Save Our Education, dan merupakan bagian dari Child and Youth Advocacy Network (CYAN), melakukan survei tentang pemerataan paket internet bagi peserta didik.

Hasilnya, terdapat 44 dari 105 responden anak (42 persen) menyampaikan, bahwa mereka tidak mendapatkan kuota gratis, baik dari pemerintah maupun sekolah.

“Hasil survei kami menemukan anak-anak yang tidak mendapatkan kuota gratis ini salah satu alasannya karena tidak terdata, padahal secara faktor ekonomi mereka sangat membutuhkan. Jadinya, banyak anak yang merasa sedih, kecewa bahkan merasa ini tidak adil,” kata Koordinator Child Campaigner Save the Children di Yogyakarta, Gya (17).

Hasil survei ini juga memotret upaya anak-anak yang tidak mendapat kuota internet, tetapi tetap melakukan berbagai cara untuk dapat mengakses pembelajaran, misalnya menghemat penggunaan aplikasi pembelajaran, memanfaatkan fasilitas wifi gratis, bahkan mencari lokasi dengan akses sinyal yang kuat.

Gya berharap, pemerintah dapat membagikan kuota gratis untuk belajar dengan lebih merata kepada semua anak.

“Setiap anak pasti berharap mendapat pendidikan yang berkualitas, mulai dari mutu pembelajaran yang lebih baik, mudah dipahami dan tentunya kuota internet yang cukup untuk belajar. Kami berharap, Pemerintah dan sekolah dapat mendata dan mengecek kembali anak-anak yang selama satu tahun ini tidak mendapat kuota gratis, karena semua anak tanpa terkecuali berhak untuk bisa belajar,” tutur Gya.

Lihat juga...