PM Jepang Yoshihide Suga Akan Mengundurkan Diri
29 Oktober: Jepang mencatatkan 100.000 kasus virus corona.
10 November: Suga meminta kabinetnya untuk menyusun paket stimulus ekonomi untuk menggiatkan kembali ekonomi yang terpukul pandemi corona.
17 November: Jepang dan Australia sepakat membuat perjanjian pertahanan yang merupakan terobosan, pada saat Perdana Menteri Australia Scott Morrison melakukan kunjungan ke Tokyo
21 November: Suga menarik keputusannya serta menangguhkan gerakan untuk mendorong orang-orang berwisata di dalam negeri di daerah-daerah yang paling parah terdampak Covid-19, pada saat angka kasus corona sedang mencapai puncaknya.
Tingkat dukungan publik terhadapnya kemudian anjlok.
4 Desember: Saat pertama kali berbicara pada konferensi pers sejak lonjakan infeksi corona berlangsung, Suga membela diri soal pemberian subsidi wisata.
Pekan berikutnya, ia mengumumkan paket subsidi itu akan bernilai sekitar 700 miliar dolar AS (sekitar Rp9,9 kuadriliun).
16 Desember: Suga kembali memancing kecaman karena hadir di acara kumpul-kumpul menyambut tahun baru. Padahal, ia sebelumnya meminta masyarakat untuk tidak menghadiri pesta berhubung virus corona sedang melanda.
Ia kemudian menyatakan permohonan maaf serta meminta masyarakat agar merayakan Tahun Baru dengan menjaga jarak dan tanpa hingar bingar.
Suga juga mengumumkan paket senilai 2,6 miliar dolar AS (sekitar Rp37 triliun) bagi rumah-rumah sakit untuk merawat para pasien Covid-19.
7 Januari, 2021: Suga menyatakan status darurat pada Tokyo dan tiga prefektur di sekitar kota itu untuk memerangi peningkatan infeksi virus corona.
Selama bulan-bulan berikutnya, status darurat secara bergantian dicabut dan diterapkan kembali di ibu kota negara atas dasar catatan angka infeksi corona.