Ini Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Hidroponik
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
SEMARANG — Hidroponik menjadi salah satu metode budidaya pertanian perkotaan, dalam mengatasi sempitnya lahan. Dengan sistem tersebut, masyarakat pun bisa bercocok tanam di teras atau garasi rumah.
“Hidroponik memang sangat cocok bagi masyarakat perkotaan, yang tidak memiliki lahan luas untuk budidaya tanaman, khususnya sayur mayur. Termasuk, saya yang memanfaatkan teras rumah, sebagai tempat budidaya,” papar penggiat hidroponik, Ira Rahmawati, saat dihubungi di Semarang, Senin (30/8/2021).
Berbagai sayuran seperti bayam, kangkung hingga sawi, dapat tumbuh subur pada instalasi hidroponik miliknya.
“Metode ini sebenarnya relatif mudah diterapkan, siapa saja bisa berhidroponik, namun memang terkadang ada sejumlah kendala yang dihadapi, khususnya bagi mereka yang baru belajar atau mengenal. Kesalahan-kesalahan ini, yang membuat tanaman dengan metode hidroponik, tidak bisa tumbuh secara optimal,” papar wanita yang sudah lima tahun ini berkecimpung di bidang pertanian hidroponik tersebut.
Ira menjelaskan, kesalahan yang sering terjadi umumnya diawali pada saat pembenihan. “Sering kali, karena informasi yang dengar hanya sepintas, dalam melakukan pembenihan, benih tanaman diletakkan di ruang yang tertutup atau kurang cahaya matahari. Tujuannya agar cepat pecah benih dan tumbuh tunas,” terangnya.
Ternyata, cara tersebut tidak sepenuhnya benar, sebab minimnya cahaya matahari, pada saat proses pembenihan, menjadikan tanaman tumbuh kurus memanjang atau etiolasi. Akibatnya, tanaman berdaun daun kecil dan tipis, akar kurang lebat, sehingga batang tidak kokoh. Hasilnya pun tidak optimal.
“Untuk mengatasinya, pada saat penyemaian benih di media rockwool basah, setelah pecah biji benih atau sprout, segera pindahkan wadah penyemaian ke tempat yang terkena sinar matahari (simat) secara langsung. Dalam proses semai ini, rockwool juga perlu dijaga kelembabannya, caranya dengan disemprot air menggunakan spray,” jelasnya.