Ini Alasan Indonesia Prioritaskan Pengembangan Industri Hijau

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Tak hanya karena ingin turut berkontribusi dalam menjaga kadar emisi secara global, keputusan pemerintah untuk mengembangkan industri berbasis energi hijau adalah karena memiliki ketersediaan sumber daya yang mendukung.

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyatakan, pemerintah Indonesia memprioritaskan hilirisasi green energy atau energi hijau.

“Kebijakannya jelas berprioritas pada pengembangan industri yang berbasis energi hijau. Indonesia memiliki sumber daya alam yang mendukung kebijakan investasi ini,” kata Bahlil dalam acara Indonesia Investment, Selasa (24/8/2021).

Ia menyebutkan data menunjukkan Indonesia memiliki ketersediaan atau cadangan nikel dunia terbesar berada di Indonesia dengan persentase sebanyak 24-25 persen. Selain itu Indonesia juga memiliki cadangan kobalt, mangan dan lithium yang bisa menyokong industri berbasis energi hijau.

“Sumber energi tersebut bisa dimanfaatkan untuk produksi kendaraan mobil listrik berbasis baterai atau Electric Vehicle (EV). Pabrik baterai sel kendaraan listrik mulai dibangun sejak akhir Juli kemarin dan akan mulai beroperasi serta berproduksi pada 2023 mendatang,” ujarnya.

Ia menyebutkan, proyek tersebut merupakan investasi antara konsorsium asal Korea Selatan LG dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), dengan kapasitas produksi awal  mencapai 10 giga watt per hour.

“Saya yakin bahwa ketika industri baterai dibangun di Indonesia akan memberikan nilai tambah dan melahirkan biaya produksi yang sangat efisien,” ujarnya lagi.

Bahlil menyatakan, Indonesia juga memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Misalnya, ada 12 ribu MW yang berada di Kayan, Kalimantan Utara.

Lihat juga...