HIPADRI : Dampak Eksploitasi Hutan di Kabupaten Bandung Telah Terasa

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

BANDUNG — Dalam dua tahun terakhir, titik banjir di Kabupaten Bandung semakin meluas, tidak hanya terjadi di wilayah dataran rendah seperti Dayeuhkolot dan Baleendah, tapi juga terjadi di wilayah dataran tinggi seperti di Pangalengan dan Cibereum.

Menurut Ketua Himpunan Pendaki Gunung Indonesia (HIPADRI), Chandra Tresna, hal itu terjadi akibat kegiatan eksploitasi hutan yang semakin masif di beberapa gunung di Kabupaten Bandung, salah satunya di Gunung Puntang.

“Sejak ada program perhutanan sosial, alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan semakin masif. Pepohonan dibabat, akhirnya saat musim hujan, air langsung jatuh ke tanah, tidak tertahan dulu oleh dedaunan, tanah resapannya juga habis, akhirnya air meluap kemana-mana,” kata Chandra kepada Cendana News, Rabu (4/8/2021).

Chandra menyatakan, sebetulnya ia mengapresiasi program perhutanan sosial dari pemerintah, yang melegalkan pengelolaan hutan, dan tujuannya untuk menghidupkan kegiatan usaha masyarakat. Sayangnya, pengawasan terhadap program ini sangat rendah.

“Program ini tidak diawasi dengan ketat, maka selalu saja ada oknum yang terus memperluas lahan garapan mereka, dan membabat pepohonan secara membabi buta,” ujarnya.

Chandra menegaskan, menjaga kelestarian ekosistem hutan merupakan tanggungjawab semua pihak. Pasalnya, jika ekosistem hutan itu rusak, semua pihak juga akan turut merasakan dampaknya.

“Banjir, kekeringan, dan kesulitan air bersih itu merupakan beberapa dampak yang muncul akibat rusaknya hutan kita. Sekali lagi ini adalah tanggungjawab kita bersama, pemerintah, pecinta lingkungan, petani dan masyarakat. Mari sama-sama kita awasi dan jaga hutan. Kita tidak boleh mementingkan kepentingan sendiri tanpa memikirkan kepentingan yang lainnya,” sambung Chandra.

Lihat juga...