‘Gadget’ Bisa Timbulkan Gangguan Wicara pada Balita

Editor: Koko Triarko

Dokter spesialis rehab medik Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, dr. Tegar Harputra Raya, SpKFR., di ruang kerjanya, Jumat (29/7/2021).  -Foto: Hermiana E. Effendi

Bagi anak yang sudah terlanjur mengalami gangguan wicara, dr. Tegar menyarankan supaya anak diberikan terapi wicara di tempat biro psikologis ataupun tempat terapi wicara lain. Terapis akan memberikan terapi secara bertahap untuk merangsang anak bicara.

Terapi wicara biasanya menggunakan alat peraga, berbagai macam permainan sederhana yang menstimulasi konsentrasi anak, serta dialog-dialog sederhana.

Namun, lanjutnya, terapi wicara tersebut butuh waktu yang cukup lama. Tidak hanya hitungan bulan, tetapi bisa sampai beberapa tahun dan selama masa itu, anak harus rutin menjalani terapi wicara. Melihat dampak gadget yang cukup fatal, maka lebih baik dilakukan pencegahan dengan membatasi interaksi anak dengan gadget.

“Selama usia balita, peran orang tua yang membatasi, mengontrol dan lebih memperbanyak interaksi dengan anak sangat penting,” pesannya.

Sementara itu, salah satu psikolog dari tempat terapi, Kety Murtini, mengatakan sebagian besar anak yang mengalami gangguan bicara karena minimnya interaksi. Anak cenderung dibiarkan asyik sendiri, baik dengan bermain gadget ataupun menonton televisi.

“Hal ini banyak dialami anak yang kemudian mengalami gangguan tumbuh kembang serta autis,” katanya.

Lihat juga...