RI Minta Uni Eropa tak Diskriminatif Terhadap Minyak Sawit

“Artinya tidak ada larangan, hanya masalah keberlanjutan yang harus kita selesaikan bersama,” ujar dia.

Mengakui bahwa isu sawit telah membahayakan hubungan EU dan Indonesia, Borrell menegaskan bahwa pihaknya siap bekerja sama untuk mencari solusi atas masalah tersebut.

“Saya sangat menyadari pentingnya kelapa sawit untuk industri dan masyarakat Indonesia, juga untuk orang-orang yang telah keluar dari kemiskinan dan kita harus mencari solusi yang dapat memperhatikan misi keberlanjutan dan pembangunan. Kami akan bekerja sama untuk melakukannya,” kata Borrell.

Minyak sawit merupakan salah satu komoditas terpenting dalam perdagangan luar negeri Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan pendapatan devisa dari minyak sawit dapat mencapai hingga 21 miliar dolar AS (sekitar Rp298,2 triliun) pada 2020.

Untuk melawan kebijakan EU yang dinilai diskriminatif, Indonesia sejak 2019 telah menyampaikan gugatan mengenai isu sawit di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama dengan sesama produsen minyak sawit yaitu Malaysia.

Dalam perkembangannya, pemerintah Malaysia pada Senin (31/5) mengatakan bahwa WTO menyetujui permintaan dari Kuala Lumpur untuk membentuk panel yang akan memeriksa peraturan EU tentang pembatasan penggunaan bahan bakar nabati dari minyak sawit. (Ant)

Lihat juga...