Daur Ulang Limbah Minyak Jelantah jadi Biodiesel
JAKARTA – Lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang zakat Rumah Sosial Kutub di Jakarta mengumpulkan limbah minyak jelantah dari masyarakat untuk didaur ulang menjadi biodiesel 100 persen (B100).
“Minyak jelantah tidak bisa diolah lagi untuk dikonsumsi karena mengandung racun, sehingga kami kumpulkan untuk difokuskan menjadi material membuat biodisel,” kata Kepala Program Sedekah Minyak Jelantah Rumah Sosial Kutub, Afiq Hidayatullah, saat dihubungi di Jakarta, Jumat.
Afiq menjelaskan pihaknya mengedukasi masyarakat agar tidak lagi membuang minyak jelantah sembarangan ke saluran air karena dapat mencemari lingkungan, tetapi mengumpulkannya ke dalam jeriken agar memudahkan proses penjemputan.
Aksi mengumpulkan minyak jelantah kini telah berada di Jabodetabek, Tegal, Cirebon hingga Yogyakarta. Pada 2020, minyak jelantah yang terkumpul mencapai 100 ribu liter dari wilayah Jabodetabek.
“Tahun ini kami menargetkan bisa mengumpulkan empat kali lipat minyak jelantah,” kata Afiq.
Skema penjemputan dilakukan secara by order. Masyarakat mengumpulkan minyak jelantah ke dalam lima jeriken ukuran 18 liter, jika jeriken sudah penuh maka tim dari Rumah Sosial Kutub akan menjemput minyak jelantah tersebut.
“Total dana sedekah yang dapat dikelola dari satu jeriken 18 liter untuk program sosial pemberdayaan masyarakat sebesar Rp135 ribu,” katanya.
Minyak jelantah yang telah terkumpul di Collection Point kemudian dikirim ke Eropa untuk diolah menjadi bahan bakar alternatif berupa B100.
Harga minyak jelantah Rp8.000 per liter, jika sudah menjadi B100 harganya naik Rp22.000 per liter.
“Sebanyak 96-98 persen dari minyak jelantah bisa diolah menjadi B100 dengan nol persen emisi. Produk B100 itu dipakai di negara-negara Uni Eropa, seperti Jerman dan Belanja karena untuk teknologi di Indonesia paling tinggi B40,” kata Afiq.