Cara Berjualan dari Rumah ke Rumah Masih Terjaga di Ancolmekar
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
BANDUNG — Berbekal box plastik berukuran kecil yang dijinjing, dan beberapa kantong berukuran sedang yang dipikul di punggung serta diikat dengan kain samping, Bu Enung (59) setiap hari membawa barang-barang dagangannya itu untuk dijajakan dari rumah ke rumah.
“Jualan seperti ini sudah hampir 30 tahun. Dulu Ibu saya juga cara jualannya begini. Jadi ilmunya turun temurun,” kata Ibu asal Desa Ancolmekar, Kecamatan Pinggirsari, Kabupaten Bandung itu, Selasa (30/3/2021).
Ia mengaku memiliki warung di rumah, namun jika hanya mengandalkan warung itu, pendapatannya kecil, karena beberapa tetangga juga membuka warung yang sama.
“Kalau begini kan istilahnya kita jemput pembeli di rumah mereka, tidak menunggu. Alhamdulillah, hasil jualannya lumayan memuaskan, saya bisa mendatangi lebih dari 50 rumah sehari,” ucap Ibu Enung.
Ia mulai keluar rumah pukul 05.00 Wib sehabis salat subuh. Menurutnya, di pagi yang masih gelap seperti itu adalah waktu yang tepat untuk berdagang, karena kebanyakan warga di sana adalah petani, yang sejak subuh sudah berangkat ke kebun.
“Makanan seperti gorengan dan wafer yang paling laku. Biasanya mereka beli untuk bekal di kebun. Pokoknya jam 6 pagi itu biasanya gorengan sudah habis, tinggal makanan ringannya saja. Paling telat jam 09.00 sudah pulang lagi ke rumah,” ujarnya.
Ibu Enung mengatakan, berjualan dari rumah ke rumah bukan hanya sekedar tentang berdagang, tapi juga tentang silaturahmi yang terus ia jaga dengan para pelanggannya. Hal itu, mendatangkan kebahagiaan tersendiri.
“Kita tidak hanya jual beli, tapi kita juga bisa saling cerita. Kan hubungan jadi baik sama warga, bahkan ada yang rasanya jadi seperti saudara,” tukasnya.