Penggunaan Kendaraan Listrik Butuh Ekosistem
JAKARTA – Penggunaan kendaraan listrik perlu didukung oleh percepatan pengembangan ekosistem pendukungnya, kata seorang pengamat energi listrik.
“Adopsi kendaraan listrik itu seberapa cepat kita membangun ekosistemnya,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, dalam webinar bertajuk Mengembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia di Jakarta, Selasa (23/2/2021).
Fabby menuturkan, paling tidak ada tiga hal yang dinilai krusial dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, yakni infrastruktur pengisian listrik (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum/SPKLU), integrasi sistem kelistrikan dan produksi baterai berkelanjutan.
Pengembangan infrastruktur pengisian listrik menjadi krusial dalam mendorong adopsi kendaraan listrik. Demikian pula dengan integrasi sistem kelistrikan (power system integration), di mana harus ada integrasi antara produksi listrik dengan upaya penurunan emisi gas rumah kaca.
“Kita harus ingat, bahwa pada akhirnya manfaat penurunan emisi gas rumah kaca itu sangat ditentukan oleh energi apa yang akan kita pakai, untuk memproduksi listrik di kendaraan listrik itu. Karena itu, harus terintegrasi dengan power system, di mana bauran energi terbarukannya lebih banyak. Itu akan mendorong manfaat penurunan emisi gas rumah kaca,” jelasnya.
Terakhir, yakni produksi baterai kendaraan listrik yang berkelanjutan perlu menjadi perhatian. Pasalnya, produksi baterai menjadi jejak karbon paling tinggi di kendaraan listrik.
“Karena itu, membuat produksi baterai lebih berkelanjutan, penggunaan energi yang lebih bersih dan proses yang lebih hemat energi harus disasar,” katanya.