Kalsel Dilanda Banjir, Harga Cabai di Palangka Raya Tembus Rp100.000 per-Kilogram
PALANGKA RAYA – Harga cabai rawit di Kota Palangka Raya, melambung tembus di harga Rp100 ribu hingga Rp110 ribu per-Kilogram (kg). Hal itu sebagai imbas, banjir yang menerjang Provinsi Kalimantan Selatan, sejak beberapa hari lalu.
“Saat ini harga cabai rawit tembus Rp100-110 per kilogram. Informasinya karena pasokan dari Banjarmasin (Provinsi Kalsel) terganggu, karena banjir,” kata seorang pedagang sayur di Banjarmasin, Diana, Sabtu (16/1/2021).
Pada masa normal, harga cabai rawit di tingkat agen besar berkisar Rp50 ribu hingga Rp60 ribu per-Kilogram. Namun, sejak Kamis (14/1/2021) lalu, atau sejak kabar bencana banjir melanda Kalimantan Selatan (Kalsel), harga cabai terus naik sampai beberapa kali. “Pertama dari harga normal tiba-tiba ke Rp80 ribu hingga Rp90 ribu. Dan per-hari ini menjadi Rp100 ribu hingga Rp110 ribu sekilo. Tentu jika langganan, atau seperti saya yang dijual kembali dapat harga yang Rp100 ribu,” katanya.
Akibat lonjakan harga tersebut, dia mengaku langsung membeli cabai sampai lima kilogram, untuk menghindari kembali melonjaknya harga cabai. “Saya takut nanti harga naik lagi. Maka saya cukup banyak membeli, nanti kalau tambah mahal kasihan juga langganan saya, yang mencari cabai di warung ini,” kata Diana.
Selain pada cabai rawit, harga sejumlah sayuran juga mulai naik, meski disebut tidak signifikan. Yang mengalami kenaikan harga diantaranya, kacang panjang, kentang dan wortel. “Sementara untuk ayam hari ini saya masih dapat harga normal Rp33 ribu per kilogram. Informasinya hal ini karena stok ayam di Palangka Raya masih aman,” katanya.
Ketua DPRD Kota Palangka Raya, Sigit K Yunianto meminta, pemerintah kota melalui Dinas Perdagangan, Koperasi, UKM dan Perindustrian segera mengatasi dan mengantisipasi lonjakan harga bahan pokok. Apalagi, seperti diketahui sebagian bahan kebutuhan pokok yang beredar di Palangka Raya didatangkan dari Kalimantan Selatan, atau setidaknya didatangkan melalui provinsi yang saat ini tengah mengalami musibah banjir itu. “Setidaknya pemerintah harus segera menyusun strategi dan alternatif penyediaan kebutuhan pokok masyarakat. Apalagi kita juga belum tahu kapan bencana tersebut berakhir,” pungkasnya. (Ant)