Sengketa Gas Alam, Turki Desak EU Pakai Akal Sehat
Setelah menarik Oruc Reis menjelang KTT Uni Eropa sebelumnya pada Oktober, Ankara mengirimkan kembali kapal itu karena menganggap hasil KTT tersebut tidak memuaskan. Turki menarik kapal itu lagi minggu lalu.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel memperingatkan Turki untuk tidak bermain “kucing-kucingan” dengan menarik kapal sebelum KTT Uni Eropa namun meluncurkan kembali kapalnya setelah KTT.
Prancis memimpin dorongan di kelompok negara-negara Uni Eropa tersebut untuk memberi sanksi kepada Turki. Tetapi, Presiden Tayyip Erdogan mengatakan pada Senin bahwa Turki tidak akan “tunduk pada ancaman dan pemerasan”, sambil mengulangi seruan untuk dialog.
Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian berbicara melalui telepon pada Selasa, kementerian luar negeri kedua negara mengatakan dalam pernyataan setelah sambungan telepon tersebut.
Le Drien mengatakan kepada Cavusoglu bahwa hubungan konstruktif yang diperbarui dengan EU hanya dapat terjadi jika Ankara mengklarifikasi posisinya pada beberapa subjek, kata seorang juru bicara. Pembicaraan telepon itu, menurut sang juru bicara, berlangsung atas permintaan Turki.
Tanpa memberikan keterangan lebih lanjut, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan kedua menlu dalam pembicaraan itu membahas masalah regional dan bilateral.
Sebelumnya, juru bicara Partai AK Erdogan mengatakan bahwa menggunakan “bahasa sanksi” terhadap Turki akan sama dengan kemenangan “rasis dan fasis” di Eropa.
“Menggunakan bahasa (seperti itu) … adalah kemunduran dalam berpikir,” kata Omer Celik dalam konferensi pers. “Uni Eropa harus bertindak dengan alasan yang kuat.” [Ant]