Indonesia Butuh Rp3.461 T untuk Turunkan Emisi di 2030
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Tentunya, dibutuhkan insentif untuk pelaku pasar, respon yang cepat dan tanggap, serta kerja keras dan kolaborasi internasional,” jelas Luky.
Untuk diketahui, bahwa secara terperinci, target penurunan emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan ditargetkan sebesar 17,2 persen, di sektor energi sebesar 11 persen, dan di sektor pengolahan limbah sebesar 0,32 persen. Selain itu, pemerintah juga menargetkan emisi gas rumah kaca di sektor pertanian turun 0,13 persen, serta di sektor industri dan transportasi ditargetkan turun 0,11 persen.
Pada forum yang sama, CEO Indonesia Economic Forum, Shoeb Kagda menyebutkan, saat ini, semakin banyak institusi dan investor yang mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti dampak lingkungan dan sosial dari investasi mereka.
“Saya kutip dari Global Sustainable Investment Alliance (GSIA), hampir 30 persen dari semua aset yang diinvestasikan pada 2018 adalah investasi yang bertanggung jawab secara sosial, yang memperhitungkan masalah lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG),” kata Shoeb.
Indonesia pun kini sedang bergerak ke arah itu melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Diperkirakan, setiap tahunnya kebutuhan investasi tersebut mencapai US$300 miliar hingga US$500 miliar. Sebagian besar investasi ini akan dibutuhkan di sektor- sektor penting seperti infrastruktur dan sektor yang sensitif terhadap lingkungan seperti pertanian, kehutanan, energi, pertambangan, dan limbah.
“Selama beberapa tahun terakhir, pasar keuangan Indonesia telah melihat sejumlah inovasi desain penting yang bertujuan untuk mendorong pinjaman dan investasi hijau seperti pengembangan sustainable ratings. Pemerintah juga telah mengambil langkah serupa untuk beberapa sistem keuangan lewat Roadmap OJK untuk mendorong keuangan berkelanjutan yang mencakup pengembangan kerangka regulasi yang mengikat untuk keuangan berkelanjutan,” pungkas Shoeb.