Akademisi: Asesmen Nasional Bukan Kunci Peningkatan Mutu Pendidikan Indonesia

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

JAKARTA — Peningkatan Mutu Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya Indonesia. Tapi itu semua tidak serta merta didapatkan hanya dengan mengubah Ujian Nasional (UN) dengan Asesmen Nasional. Karena pada dasarnya AN bukanlah pengganti UN, dan AN sendiri pun masih memiliki berbagai kekurangan.

Dosen Evaluasi Pendidikan UNJ DR. Achmad Ridwan, MSi, menyatakan AN bukanlah pengganti UN. Salah satu alasannya adalah pelaksanaan AN yang diterapkan pada tingkat kelas 5,8 dan 11.

“Selain itu, isi dari AN, seperti yang diungkapkan oleh pemerintah, adalah menyangkut asesmen terkadap ketrampilan literasi dan numerasi, melakukan asesmen berfikir ilmiah dan kemungkinan kemampuan berfikir finasial (financial literacy). Lalu setelah disiapkan apakah sudah disiapkan sistem skoring dan apakah kurikulum yang ada sudah sesuai dengan karakter asesmen?,” kata Achmad Ridwan dalam acara online terkait pendidikan, Kamis (24/12/2020).

Ia menyatakan asesmen tersebut akan dikaitkan dengan kemampuan untuk menghubungkan keempat literasi tersebut dengan saintifik dan dikaitkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang nanti akan diperoleh.

“Pertanyaannya, apakah perubahan model evaluasi ini sudah diketahui oleh masyarakat. PR-nya disini. Yaitu bagaimana para pihak yang terkait dengan pendidikan bisa mempersiapkan dirinya. Contohnya guru. Lalu sosialisasi kepada orang tua,” ucapnya.

Ia juga mempertanyakan sistem skor atau penilaian dari AN ini. Yang, menurutnya belum dipaparkan oleh pihak kementerian.

“Skor ini membutuhkan penilaian terhadap aspek umur, jenis kelamin dan umur yang sama sehingga menunjukkan posisi yang dimiliki oleh anak-anak seangkatan dengan dirinya. Aspek pemberian nilai mampu menyokong pilihan si anak dan kemampuannya dibandingkan anak yang setara. Dan juga harus bisa memberikan informasi jelas tentang anak kepada orang tuanya,” urainya.

Lihat juga...