Salah satu pengolah air nira pohon aren, Baco, mengemukakan sebagian besar warga di Salumpaku telah memasarkan gula merah ke mana-mana, dan menjadi usaha yang sangat membantu perekonomian warga.
“Setelah mengikuti pelatihan, saya baru tahu secara hitung-hitungan ternyata secara rata-rata kami mampu menghasilkan gula merah lima kilo per hari, dan melalui pelatihan baru tahu kalau air nira pohon aren dapat dibuat menjadi gula semut,” ungkapnya.
Berkaitan dengan itu, Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) Sulawesi Tengah, Much Subarkah, yang melatih warga dalam kelompok pengolah gula merah menyebutkan, dengan pengolah gula mencapai 10 orang di desa itu, maka dapat menghasilkan 1.500 kilogram gula merah dalam sebulan.
“Informasi yang digali dari peserta kelompok mengungkapkan sebagian besar penduduk adalah pengolah gula merah, dan berdasarkan hal itu tentu produksi gula merah dalam sebulan bisa dipastikan mencapai belasan ton, dan ini merupakan peluang usaha yang baik untuk dikembangkan untuk menambah pendapatan masyarakat,” kata Subarkah.
Sementara itu pendamping profesional tenaga ahli madya pengelolaan keuangan desa, dalam Program Pembangunan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) Sulteng, Sumadi, mengutarakan untuk mengatasi masalah pemasaran, BUMDes dan lembaga usaha milik desa lainnya dapat mengambil peran dalam mengumpulkan dan memasarkan produk kelompok usaha.
“Kelompok usaha dapat bekerja sama dengan BUMDes, produknya dapat dibeli oleh BUMDes, sehingga kelompok tidak perlu jauh memasarkan produknya lagi, karena BUMDes bisa membeli, bahkan memasarkan sehingga terjadi kerja sama yang baik kelompok usaha mendapat keuntungan. BUMDes pun dapat berkontribusi bagi pendapatan desa,” kata Sumadi mengusulkan.