Petani Kelapa di Flores Harus Miliki Nilai Tawar
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Total produksi sejak tanggal 17 Agustus 2020 hingga sekarang sudah mencapai 18 ton lebih. Satu subur atau kumpul berisi 40 kelapa bisa menghasilkan sekitar 4,9 kilogram minyak goreng,” terangnya.
Berno mengaku rencananya pengembangan minyak goreng kelapa harus berjalan beriringan dengan semua stakeholder agar bahan baku bisa dikawal baik supaya bisa dikembangkan menjadi minyak goreng.
“Coconut Palm Oil (CPO) dan Coconut Oil (CO) proses pengolahannya berbeda, dimana satu bahan bakunya dari kelapa sawit dan satunya dari kelapa, sehingga tentunya berbeda dari pengolahan dan harganya,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi saat peluncuran minyak goreng berbahan kelapa di KSP Kopdit Pintu Air di Maumere mengapresiasi langkah koperasi ini dalam memproduksi minyak goreng.
Menurut Nae Soi, kelapa merupakan produk perkebunan yang banyak terdapat dis ebagian besar wilayah di Pulau Flores,Adonara bahkan Lembata serta wilayah lainnya di NTT sehingga ketersediaan bahan baku mencukupi.
“Saat pertemuan dengan koperasi di Labuan Bajo kami meminta agar koperasi bisa mengembangkan produk para petani menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi. Dengan begitu kita tidak lagi menjual bahan baku dan pendapatan petani juga meningkat,” ucapnya.