Kurikulum Pendidikan Bencana Bisa Disisipkan dalam Mapel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Di satu sisi, dirinya juga mendorong peran perguruan tinggi, dalam meningkatkan edukasi tentang kebencanaan kepada masyarakat. Salah satunya melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

“Sebelum dilakukan kegiatan KKN, pasti sudah dilakukan survei terlebih dulu ke lokasi penyelenggaraan. Dari survei tersebut, bisa kita ketahui potensi bencana yang ada di lokasi tersebut. Misalnya kita mau KKN di desa yang terletak di wilayah perbukitan, jadi potensi bencana di sana bisa berupa tanah longsor,” ungkapnya.

Dari pemetaan potensi bencana tersebut, bisa disusun edukasi, langkah pencegahan hingga penanganan jika terjadi bencana. “Jadi ketika terjadi bencana, lewat edukasi yang sudah diberikan ini, masyarakat bisa lebih siap,” terangnya.

Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Rudianto, memaparkan secara umum pihaknya mendukung tentang edukasi materi mitigasi bencana diajarkan kepada siswa, terlepas melalui mapel tersendiri atau disisipkan dengan mapel lainnya.

“Karena dengan melakukan itu, selain kita dapat mendidik dan menyiapkan anak-anak mereka juga bisa menyampaikan informasi ini ke keluarga, orang tua, atau lingkungan. Jadi dengan dimulai dari anak-anak, kita dapat menyebarkan tingkat kesadaran akan kesiapsiagaan bencana ini ke seluruh masyarakat,” terangnya.

Materi yang diajarkan pun bisa sederhana, agar mudah diingat.

“Misalnya saja perilaku hidup sehat, dengan tidak membuang sampah sembarangan. Itu saja sudah bisa menjadi pembelajaran, sebab banyak kejadian banjir yang disebabkan sampah dibuang ke saluran air hingga sungai, sehingga aliran tidak lancar. Ketika hujan deras, saluran atau air meluap dan terjadi banjir,” tegasnya.

Lihat juga...