Bubu Lipat, Inovasi untuk Menggenjot Kapasitas Nelayan Natuna
JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), mengupayakan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna, dengan menggenjot kapasitas nelayan. Salah satu yang dilakukan adalah menerapkan inovasi teknologi alat penangkapan ikan bubu lipat.
“Potensi perikanan di Natuna ini sangat besar, namun para nelayan masih banyak yang menggunakan alat penangkapan ikan tradisional. Melalui pelatihan ini, kami dorong para nelayan agar dapat meningkatkan produksi dengan inovasi alat penangkapan ikan berupa bubu lipat,” kata Direktur Perizinan dan Kenelayanan KKP, Ridwan Mulyana, Minggu (18/10/2020).
Pelatihan inovasi bubu lipat merupakan pembinaan dan pemberdayaan nelayan, yang selaras dengan pembangunan fisik dan pengoptimalan fasilitas di SKPT Natuna. Kegiatannya sudah dimulai sejak 2015. Perairan Natuna masuk ke dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 711, yang memiliki potensi perikanan sebesar 767.126 ton. Hal tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.50/2017, tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di WPPNRI.
“Dengan mengenalkan teknologi alat penangkapan ikan hasil inovasi perekayasaan BBPI (Balai Besar Penangkapan Ikan) Semarang, kami juga berharap pendapatan para nelayan dapat meningkat seiring meningkatnya jumlah tangkapan nelayan,” papar Ridwan.
Perekayasa Muda BBPI Semarang, Yazid Zaini, yang menjadi instruktur pelatihan alat penangkapan ikan bubu lipat menjelaskan, penggunaan alat tersebut sangat mudah. Selain ringkas, juga tidak memerlukan banyak tempat di atas kapal ikan. Dan juga kuat serta tahan lama. “Secara teknis bubu lipat ini membutuhkan material sederhana berupa besi galvanis, kawat dan tali berjenis Polyethylene (PE) dan Polyamide (PA) beragam ukuran. Cara merakitnya pun mudah. Kami bawa enam unit dari Semarang sebagai contoh dalam pelatihan ini,” jelasnya.