Tradisi Babaritan Perekat Kebersamaan di Kampung Kranggan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

BEKASI – Berbagai cara dilakukan dalam mengimplementasikan rasa syukur atas segala nikmat dari yang Maha Kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Bagi warga Kranggan, rasa syukur itu diwujudkan dengan kumpul dan makan bersama dalam tradisi budaya bernama babaritan atau sedekah bumi.

Ritual babaritan sebagai budaya warisan leluhur di wilayah setempat terus dilestarikan warga Kranggan. Biasa dilaksanakan di bulan Apid atau Muharram atau di sini disebut bulan Sura. Hari ini adalah puncak dari babaritan yang digelar di halaman kantor Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Semua sesepuh di Kranggan hadir berkumpul, sejak pagi mereka doa bersama di halaman kantor kecamatan. Babaritan yang digelar adalah pada Jumat terakhir di bulan Muharram atau sebagai penutup dari rangkaian sedekah bumi di wilayah tersebut.

Babaritan adalah budaya leluhur. Dulu masyarakat Kranggan dihuni oleh warga lokal. Seiring waktu sekarang banyak warga dari luar, tapi budaya sedekah bumi, tetap terjaga. Ini harus menjadi budaya perekat keberagaman,” ungkap Teddy Hafni, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi, Jumat (18/9/2020).

Teddy Hafni, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi, ikut hadir dan doa bersama dalam puncak babaritan di halaman Kantor Kecamatan Jatisampurna, Jumat (18/9/2020) – Foto: Muhammad Amin

Babaritan adalah bentuk ungkapan syukur masyarakat Kranggan terhadap segala anugerah yang diberi Allah SWT. Ini ungkapan masyarakat Kranggan bahwa segala sesuatu sumbernya dari Allah SWT sehingga mereka berkeinginan memberikan berbagai hasil bumi untuk dihidangkan dan dimakan bersama.

Lihat juga...