Psikolog Tanggapi Anak Muda Semarang Enggan Terapkan Prokes
Editor: Koko Triarko
Tidak hanya itu, dirinya juga menilai adanya public figure yang tidak percaya adanya Covid-19, hingga menolak menggunakan masker, juga turut mempengaruhi perilaku remaja. Jika public figur tersebut menjadi panutan remaja terkait, termasuk peran teman sebaya, dalam mempengaruhi teman-teman di sekitarnya.
“Jangan dilupakan, bahwa anak muda atau remaja ini memiliki sikap konformitas, yakni mengikuti dalam kelompok sebayanya. Jadi, misalnya temannya tidak menggunakan masker, mereka yang tadinya memakai masker, bisa jadi tidak ikut memakai, jika pengaruhnya lebih kecil,” terangnya, lebih jauh.
Arri menandaskan, jika para anak muda yang abai menerapkan protokol kesehatan ini dibiarkan, akan menjadi sebuah kelompok atau gerakan besar untuk tentang Covid-19.
“Untuk itu, perlu peran sebaya, influencer, hingga peran orang tua, guru, dosen, untuk bisa mempengaruhi, agar mereka ini mau menerapkan protokol kesehatan,” tandasnya.
Sementara, pengamat kesehatan masyarakat, sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip, Dr. Budiyono, kembali menyampaikan, bahwa tingginya angka pelanggaran protokol kesehatan diperlukan penanganan yang tegas.
“Jika kita lihat grafiknya, jumlah pelanggar protokol kesehatan ini tetap tinggi. Angkanya pasti puluhan. Ketika ditanya kenapa tidak memakai masker, alasannya hanya lupa, keburu-buru. Padahal secara pengetahuan, mereka ini sebenarnya tahu, bahwa ada kewajiban untuk memakai masker jika beraktivitas di tempat umum,” terangnya.
Menurutnya, apa yang terjadi saat ini di masyarakat menjadi fenomena yang harus segera dilakukan penanganan.
“Pemerintah harus mengambil langkah tegas, agar penerapan protokol kesehatan ini bisa berjalan dengan baik. Hal ini perlu dilakukan, agar masyarakat benar-benar sadar, bahwa aturan ini untuk kebaikan mereka,” pungkasnya.