Dosen IPB: Hujan Es Berbeda dengan Hujan Salju

Ilustrasi -Dok: CDN

Rini mengatakan, kejadian hujan es tersebut sering terjadi, terutama di daerah-daerah yang tidak jauh dari laut. Contohnya daerah Pulau Jawa yang hampir seluruh wilayahnya tidak jauh dari laut dan berpotensi dilanda hujan es.

Berbeda dengan Pulau Sumatra dan Kalimantan, daerah di Sumatra bagian barat, katanya, sering terjadi hujan es. Sementara, wilayah bagian timur dan Kalimantan bagian Timur sangat jarang terjadi hujan es.

Seiring dengan pola berakhirnya musim kemarau dan datangnya awal musim hujan, fenomena hujan es, kata Rini lebih lanjut, mempunyai pola pergeseran dari wilayah barat Indonesia ke arah timur.

Penerima hujan es umumnya dimulai dari Sumatra bagian Barat Laut ke arah Selatan dan Timur, kemudian menyusul Jawa bagian barat dan selanjutnya ke arah timur, dengan skala yang masih sulit diperhitungkan.

“Karena fenomena ini bergeser, wilayah di Timur dari Bogor misalnya, perlu bersiap-siap menerima hujan es yang disertai badai dan petir ini,” ujarnya.

Terkait dampak yang dapat ditimbulkan, Rini menjelaskan, hujan es tidak memberikan dampak kerusakan yang mengkhawatirkan. Es yang turun tersebut tidak merusak rumah maupun mobil. Tetapi, dampak negatif justru datang dari hujan lebat, petir dan angin yang menyertainya, karena petir yang menyertai hujan es tersebut lebih berbahaya dan anginnya cukup kencang, bahkan bisa terbentuk puting beliung.

Fenomena hujan badai itu, katanya, dapat menyebabkan banjir bandang, terutama bila hujannya terjadi di dataran tinggi dengan lereng terjal dan vegetasi minim. Hujan semacam itu harus diwaspadai, terutama di wilayah lereng yang berpotensi menimbulkan longsor.

Lihat juga...