Teknik Mutasi Radiasi Dukung Pengembangan Varietas Unggul Tanaman Hias

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Peneliti Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN Dr. Sasanti Widiarsih, MS dalam acara online BATAN, Rabu (29/7/2020) – Foto: Ranny Supusepa

“Kendala yang muncul misalnya aneuploidy atau polyploidy,  tingkat heterozigotas tinggi,  maupun proses biologi yang rumit,” urainya dalam kesempatan yang sama.

Dalam 80 tahun terakhir, sisem mutasi induksi ini sudah rutin digunakan untuk meningkatkan variasi genetik dan memperbaiki varietas yang ada.

“Contohnya, tulip Estella Rijnveld dari Belanda yang menggunakan sinar-x pada tahun 1954,” imbuhnya.

Ia menyatakan jumlah varietas mutan saat ini masih sedikit karena keunikan reproduksi biologinya.

“Untuk tanaman vegetatif obligat, materi awal tidak bisa dari biji atau benih. Sehingga materinya menjadi bervolume, mudah rusak,  mudah busuk dan menyulitkan untuk transportasinya,” ujarnya.

Selain itu,  sulit untuk mendapatkan materi homogen,  baik dari segi umur maupun ukuran.

“Sehingga dibutuhkan strategi khusus untuk proses pemuliaan yang efisien dalam mengatasi pembelahan meiotic,  kesulitan penyingkiran allel merugikan,  transmisi pathogen ke gen selanjutnya dan adanya kimera,” ujarnya lebih lanjut.

Sasanti menyebutkan pemuliaan mutasi induksi yang digabungkan dengan teknik kultur jaringan akan mampu meningkatkan efisiensi perlakuan mutagen.

“Yaitu, dengan terciptanya keragaman genetik baru, dengan potensi penanganan populasi tanaman berjumlah besar,  memungkinkan seleksi awal secara in vitro,  sebagai alat perbanyakan massal varian terseleksi dan metode screening respon biotik dan abiotik,” pungkasnya.

Lihat juga...