Sejumlah Peneliti Temukan Sumber Metana Alami di Antartika
Namun, adanya mikroba tidak dapat jadi jawaban emisi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sedikitnya, separuh dari metana di atmosfer disebabkan oleh manusia, sementara metana yang ada di lautan hanya menyumbang satu persen dari total gas buang dunia.
Sebagian besar penelitian yang mencari rembesan metana alami hanya fokus pada pengamatan di kedalaman 200-600 meter. Di kedalaman itu, gas metana kemungkinan sulit ditemukan karena telah dikonsumsi oleh “banyaknya mikroba” sebelum gas rumah kaca itu dapat mencapai atmosfer, kata Thurber.
Namun rembesan metana alami yang ditemukan di Antartika berada di kedalaman 10 meter. Artinya, gas rumah kaca itu dapat lebih cepat mencapai permukaan air laut.
“10 meter bukan 600 meter. Metana dapat cepat mencapai atmosfer dan menjadi salah satu pemain penting,” kata Thurber.
Thurber menyampaikan hasil kajiannya turut menunjukkan mikroba bergerak lambat di perairan yang dangkal dan dingin. Temuan itu dapat membantu para ilmuwan memahami tingkah laku mikroba dan menjawab pertanyaan mengenai peran mikroba dalam menghentikan rembesan metana di tempat lain sehingga gas itu tidak dapat mencapai atmosfer.
“Kita perlu melihat ini sebagai sistem yang tidak dapat diamati hanya dalam waktu satu hari, jam, bulanan, tetapi butuh waktu bertahun-tahun,” terang Thurber. “Seiring berjalannya waktu, temuan ini kemungkinan dapat mempengaruhi prediksi kita mengenai kondisi planet di masa depan,” tambah dia.
Seorang ahli ekologi mikroba di National Science Foundation Amerika Serikat, Karla Heidelberg, mengatakan banyaknya rembesan metana yang disebabkan perubahan iklim menyebabkan suhu di lautan jadi lebih hangat dan lapisan es di Antartika mencair.