Likuiditas, Persoalan 803 Koperasi di Jateng yang Terdampak Covid-19

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Kepala Dinkop dan UKM Jateng, Ema Rachmawati menuturkan, akibat pandemi covid-19, ada sebanyak 803 koperasi di Jateng yang mengalami persoalan likuiditas, saat ditemui di Semarang, Jumat (24/7/2020). Foto Arixc Ardana

SEMARANG — Ketidakmampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dalam pembayaran hutang atau likuiditas, menjadi persoalan yang paling banyak ditemukan selama pandemi covid-19.

“Pandemi covid-19 berdampak terhadap semua aspek, tidak hanya perusahaan berskala besar saja, koperasi juga mengalami dampak yang sama. Di Jateng, ada sebanyak 803 koperasi yang terimbas langsung, rata-rata persolannya di likuiditas,” papar Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng, Ema Rachmawati di Semarang, Jumat (24/7/2020).

Dijelaskan, koperasi -koperasi ini sebenarnya masih banyak anggota yang bisa mengembalikan pinjaman, cuma mungkin tidak penuh.

“Misalnya, setiap bulan seharusnya bisa mengembalikan Rp25 ribu, tapi dengan adanya covid-19 ini, anggota hanya bisa mengembalikan Rp10 ribu saja. Beberapa koperasi akhirnya menyikapi persoalan likuiditas ini, dengan tetap mengangsur tetapi tidak penuh. Jadi, mereka membuat relaksasi sendiri di internal mereka,” jelasnya.

Dari masing-masing anggota koperasi, yang tidak bisa mengembalikan secara penuh tersebut, rata-rata diakibatkan kehilangan pekerjaan. “Kita harus akui, di tengah pandemi ini, daya beli masyarakat relatif menurun, banyak perusahaan yang belum beroperasi kembali secara penuh, akibatnya pekerja dirumahkan atau di PHK. Ini juga menjadi persolan lainnya,” terangnya.

Kondisi ini, kemudian menyulitkan koperasi dalam menjalankan kegiatan usahan, sehingga, melaporkan kepada Dinkop UKM Jateng, karena turut terimbas covid-19.

“Tidak hanya koperasi, sektor UMKM juga turut terimbas covid-19. Ada sebanyak 26.568 UMKM yang terdampak pandemi ini. Selam pandemi ini, omzet turun drastis karena pembatasan kegiatan hingga daya beli masyarakat menurun, khususnya di bidang kuliner dan jasa pariwisata,” jelas Ema.

Lihat juga...