Kalimantan Barat Memiliki Deposit Uranium 17.005 Ton
Kemudian, dikonversi menjadi uranium heksafluorida (UF6) untuk proses pengkayaan. UF6 yang dikayakan (enriched UF6) tersebut direkonversi menjadi uranium dioksida (UO2), yang siap difabrikasi menjadi pelet, kelongsong, batang bahan bajar, dan bundel bahan bakar.
Untuk siklus bahan bakar nuklir, Yarianto menuturkan, secara teknologi, Batan sudah siap. Hanya satu proses yang sensitif, yaitu untuk pengkayaan uranium 235. Untuk PLTN, uranium dikayakan antara tiga hingga empat persen, kalau bom nuklir sampai 90 persen. “Teknologi itu sangat sensitif karena jika kita melakukan ini bisa dicurigai mau bikin bom nuklir, seperti Iran,” tutur Yarianto.
Sementara itu di Indonesia, belum banyak eksplorasi thorium (Th). Thorium itu berasosiasi dengan logam tanah dan jarang dalam bentuk monasit. Selain di sabuk timah (tin belt) dari Batam, Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Kalimantan Barat, thorium juga terdapat di Mamuju, Sulawesi Barat. Sementara untuk daerah lain belum diinventarisasi.
Indonesia memiliki kandungan yang sudah terinventarisasi sebanyak 140 ribu ton thorium, yang bisa diolah menjadi sumber bahan bakar nuklir. Di dunia, kandungan thorium lebih banyak empat kali dibanding uranium. Thorium berpotensi menjadi bahan bakar masa depan. Namun, teknologi saat ini masih harus dikembangkan, belum ada yang komersial untuk PLTN berbahan bakar thorium. Pada prinsipnya, thorium diubah dahulu menjadi uranium 233 (U 233), dengan cara ditembak netron. U 233 itu dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir. (Ant)