Penguatan Dolar dan Pencabutan “Lockdown” Tekan Harga Emas

CHICAGO — Emas turun lagi untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan penguatan dolar AS dan peningkatan bertahap selera terhadap aset berisiko ketika negara-negara bagian AS mulai mengurangi penguncian (lockdown) virus corona.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi COMEX New York Mercantile Exchange jatuh 22,1 dolar AS atau 1,29 persen, menjadi ditutup pada 1.688,5 dolar AS per ounce.

Emas berjangka turun 2,7 dolar AS atau 0,16 persen menjadi 1.710,6 dolar AS per ounce pada Selasa (5/5/2020), setelah menikmati keuntungan dua hari sebelumnya masing-masing 12,4 dolar AS atau 0,73 persen dan 6,7 dolar AS atau 0,4 persen.

Emas berada di bawah tekanan karena Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,32 poin atau 0,32 persen, ke level 100,03 pada pukul 17.50 GMT.

“Anda tidak dapat mengecualikan emas ketika penguatan dolar bukan karena suku bunga yang lebih tinggi tetapi prospek mata uang global yang lebih lemah,” George Gero, direktur pelaksana RBC Wealth Management, mengatakan dalam sebuah catatan seperti dikutip oleh Reuters.

Banyak negara bagian AS telah mulai membuka kembali bisnis, mengurangi permintaan safe haven untuk logam mulia. Meskipun inflasi yang dipicu oleh stimulus masih bisa menjadi faktor pendukung emas di pasar, para analis berpendapat bahwa investor fokus pada kebangkitan kembali yang kuat di ekonomi dunia.

Sebuah laporan yang dirilis pada Rabu (6/5/2020) oleh Automatic Data Processing, Inc. yang berbasis di AS menunjukkan bahwa lapangan kerja sektor swasta nonpertanian turun sebesar 20.236.000 pada April. Sekitar empat juta pekerjaan hilang dari sektor penghasil barang, dan 16 juta hilang dari sektor penyedia layanan.

Lihat juga...