Kemiskinan tak Sekadar Dibentuk Oleh Kerentanan Ekonomi
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Dalam tausiahnya, Wakil Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), Didin Hafidhuddin, mengatakan Nabi Muhammad, SAW dalam hadistnya berfirman, ‘Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya.’
“Bayangkan amanah menepati janji. Itulah sumber kebaikan, sumber rahmat dan keberkahan dari Allah SWT,” ujar Didin dalam tausiah halalbihalal secara virtual, Minggu (31/5/2020).
Maka, kata dia, yang perlu kita perhatikan sebagai umat muslim di mana pun berada, bahwa iman itu bagian mendasar yang tidak mencerminkan khianat. Karena amanah akan menghasilkan rezeki, sebaliknya khianat itu menghasilkan kefakiran dan kemiskinan.
“Amanah itu akan menarik rezeki, dan khianat itu akan menyebabkan kefakiran yang sangat luar biasa,” ucap tokoh cendekiawan muslim, ini.
Jadi, kata Didin, sebenarnya kemiskinan dan kefakiran bukan semata-mata dibentuk oleh sumber daya alam (SDA), bukan pula karena kerentanan ekonomi. Tapi juga ditentukan oleh perilaku amanah.
Sehingga, siapa pun kita, apakah para pemimpin, tokoh, ormas Islam, MPR, DPR, semuanya itu kalau amanah pasti negeri ini akan makmur. Tapi, kalau banyak yang khianat, pasti negeri ini akan menjadi negara yang fakir dan miskin.
“Inilah hal yang mendasar yang dimaksud dengan iman. Mari kita buktikan keimanan dan keislaman kita dalam bentuk kita menjadi orang-orang yang jujur, amanah, sabar, dan tahan uji. Perilakunya pasti untuk dijadikan sebagai ushul hasanah atau suri teladan yang baik bagi masyarakat di lingkungannya,” ungkap guru besar IPB, ini.
Ada pun ciri orang yang beriman akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT, yakni adalah mereka saling mendukung satu dengan lainnya. Juga saling silaturahmi, memperkuat ukhuwah islamiyah antara sesama orang yang beriman. Saling berkolaborasi dalam kegiatan selama bulan Ramadan, contohnya.