Ekonomi Q1 Melambat, Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos di Q2
Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo
JAKARTA — Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian nasional ternyata dirasakan lebih cepat dari perkiraan pemerintah. Berdasarkan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal I (Q1) tahun 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi nasional tumbuh melambat di angka 2,97 persen saja.
Padahal sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani cukup optimis di tiga bulan pertama ini, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di angka 4,5 persen.
“Kami memprediksi dampak Covid-19 terhadap ekonomi baru akan terasa pada kuartal II dan III. Untuk di kuartal I masih akan cukup baik di 4,5 persen sampai 4,6 persen,” tandas Menkeu, saat mengikuti rapat Badan Anggaran DPR, beberapa waktu lalu.
Menanggapi fakta ini, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Febrio Nathan Kacaribu mengungkapkan bahwa Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang merosot ke 2,84 persen dan investasi yang hanya tumbuh 1,70 persen.
“Merosotnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kami amati juga, ternyata peningkatan konsumsi kesehatan, pendidikan, perumahan, serta perlengkapan rumah tangga, tidak mampu mengimbangi penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan serta transportasi dan komunikasi,” terang Febrio, Rabu (6/5/2020) di Jakarta.
Febrio juga menilai, dalam kondisi pembatasan aktivitas, masyarakat mengurangi konsumsi barang-barang kebutuhan nonpokok. Sinyal pelemahan konsumsi tersebut, terlihat pada menurunnya indeks keyakinan konsumen dan penjualan eceran pada Maret 2020 sebesar -5,4 persen.
“Pemerintah akan terus menyiapkan berbagai skenario dampak dari pandemi COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi. Setiap data baru akan digunakan untuk memutakhirkan asesmen Pemerintah terhadap kondisi perekonomian riil dan sosial masyarakat,” jelas Febrio.