Koperasi Petani Kakao Ende Dongkrak Harga Jual Tinggi

Editor: Makmun Hidayat

Harga terendah kakao yang dibeli tambahnya, sebesar Rp29 ribu per kilogramnya kalau kering dan kualitasnya sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Untuk proses sertifikasi juga ada dari perusahaan PT. Mars. Kita juga membangun sistem data atau baseline kakao. Ini sangat penting sebab semua orang menginginkan data apalagi mereka sudah terhubung dengan pasar kakao internasional,” ucapnya.

Saat bertemu pihak pembeli dan pemerintah sambung Is, pasti mereka akan meminta data sehingga Rikolto memfasilitasi pembuatan database kakao bagi petani di Kecamatan Nagapanda dan Ende yang menjangkau 400 petani.

Markus Ngga, ketua Kelompok Tani Bugu Jumo Desa Rukuramba, Nangapanda, Ende, NTT, saat ditemui di kebun kakao miliknya, Selasa (3/12/2019). -Foto: Ebed de Rosary

Dengan sistem data, Rikolto pun mencoba mengadvokasi pemerintah membantu desa-desa lain membangun baseline data dan mengembangkan komoditi utama mereka.

“Data ini sangat penting untuk masuk ke pasar internasional agar mudah ditelusuri kakao tersebut berasal dari mana dan petaninya siapa. Pasar sertifikasi asal kakaonya harus jelas,” tegasnya.

Markus Ngga, ketua Kelompok Tani Bugu Juno –yang artinya rajin menanam– mengaku terbantu dengan adanya Kopan Sikap dimana harga jual kakao menjadi lebih baik sehingga penghasilan petani pun meningkat.

Markus pun bersyukur bisa mendapatkan pendampingan dan ilmu tentang menjadi petani kakao yang sukses dengan penerapan pola pertanian modern dan menggunakan bibit unggul.

“Kakao kami dijual di Kopan Sikap sebab harga jualnya lebih mahal sehingga memberikan penghasilan yang lebih baik bagi petani jika menjualnya di pedagang pengumpul yang datang ke desa maupun yang berada di kota Ende,” tuturnya.

Lihat juga...