Indonesia Yakin Kerja Sama UK Makin Kuat

Dari hasil pemilihan umum yang perhitungan hingga dini hari, Konservatif mendapatkan 365 kursi, Partai Buruh memenangkan 203 kursi, Partai Nasional Skotlandia 48, Demokrat Liberal 11, sementara sisa nya sebanyak 23 diraih oleh Partai kecil.

Sementara itu, kemenangan pemilihan Boris Johnson banyak juga warga Inggris yang ada di pusat kota London tidak merasa puas dan membuat mereka marah.

Malam Sabtu, pengunjuk rasa telah memutuskan untuk berbaris di Downing Street dan di London tengah meneriakkan “bukan Perdana Menteri saya” (“Not my PM”). Hasil pemilu 2019 menunjukkan, bahwa Konservatif akan tetap berkuasa dan memegang mayoritas 80 kursi.

Dengan mayoritas yang begitu besar, Boris Johnson terus maju dengan janjinya untuk membawa kesepakatan Brexit ke pemungutan suara sebelum Natal.

Pemrotes terlihat memegang papan yang mengatakan “Menentang Pemerintahan Tory (Konservatif)” dan ‘Tidak Kepada Boris Johnson’ (‘No to Boris Johnson !’).

Sistem transportasi untuk London menyatakan dalam Twitternya: “Whitehall ditutup dua arah dari Trafalgar Square ke Parliament Square” ketika daerah-daerah tertentu dibanjiri dengan para pemrotes.

Laporan awal menunjukkan pertengkaran antara Brexiteers dengan kelompok Remainers (yaitu yang tetap mau UK jadi anggota EU) juga terjadi di tengah kekacauan.

Menurut Daily Express, protes besar Anti-Boris Johnson juga terjadi di luar London. Para pengunjuk rasa telah berkumpul di Glasgow meneriakkan “Katakan dengan keras, katakan dengan jelas, pengungsi internasional dipersilakan ke sini”.

Sementara itu, BBC London dalam laporannya menyampaikan pernyataan juru bicara Departemen Dalam Negeri AS, Morgan Ortagus yang mengatakan, “Amerika Serikat dan Inggris berbagi kemitraan yang unik dan aliansi penting, berdasarkan pada dasar yang kuat dari nilai-nilai bersama dan prinsip-prinsip demokrasi.

Lihat juga...