Desa Kamanggih Terancam Kelaparan Akibat Kemarau Panjang
Editor: Koko Triarko
WAINGAPU – Sepanjang perjalanan hingga ke pelosok desa Kamanggih, kecamatan Kahaungu Eti, kabupaten Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur, sejauh sekitar 60 kilometer melewati padang savana. Hampir semua lahan pertanian belum ditanami padi dan jagung.
Pulau Sumba mayoritas lahannya merupakan perbukitan dan padang savana dengan batu kapur yang mengeras, sehingga praktis hanya sedikit lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian.
“Lahan pertanian kami biasanya di tempat rata dan ada sedikit tanah,” kata Umbu Kamba Raja, warga desa Kamanggih, kecamatan Kahaungu Eti, Sabtu (14/12/2019).
Umbu Kamba menyebutkan, mayoritas petani di Sumba menanam padi dan jagung, namun di desa Kamanggih ada juga sedikit tanaman perkebunan, yakni kemiri dan pinang.

Musim panas berkepanjangan membuat tanaman perkebunan warga seperti kemiri hasil produksinya menurun drastis, karena cuaca panas yang berkisar antara 32 derajat celsius sampai 35 derajat celsius.
“Kemarau tahun ini panjang sekali, sehingga banyak tanaman perkebunan warga seperti pisang, mati. Hasil kemiri pun tidak banyak, karena banyak buahnya gugur akibat panas,” tuturnya.
Para petani, kata Umbu Kamba, sampai pertengahan bulan Desember pun belum menyiapkan lahan untuk menanam padi dan jagung, karena hujan masih belum turun.
Bila hujan telah turun beberapa kali, maka warga akan menyiapkan lahan dan mulai menanam padi dan jagung lokal, sebab musim hujan 2019 ini menurutnya sulit diprediksi.