Kadin: Pemanfaatan EBT di Indonesia Belum Optimal

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

Halim Kalla saat sambutannya dalam acara Biogas Asia Pacific Forum 2019 di Jakarta, Selasa (26/11/2019). Foto : Ranny Supusepa

JAKARTA — Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia yang melimpah, dinyatakan belum digunakan secara optimal. Hal ini tak lepas dari iklim industri yang sangat fluktuatif. Dibutuhkan regulasi dan kebijakan agar pemanfaatan bisa menunjang target pemerintah.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Energi Terbarukan dan Lingkungan Hidup, Halim Kalla menyatakan, pemanfaatan EBT Indonesia yang melimpah masih dimanfaatkan secara terbatas.

“Potensi EBT Indonesia untuk kelistrikan itu mencapai 431 GW. Sayangnya pemanfaatannya masih terbatas,” kata Halim saat sambutannya dalam acara Biogas Asia Pacific Forum 2019 di Jakarta, Selasa (26/11/2019).

Ia menguraikan menurut data, potensi geothermal yang mencapai 12.000 MW baru dimanfaatkan 2.000 MW. Begitu juga dengan air, yang baru dimanfaatkan 4.000 MW dan angin yang baru dimanfaatkan 150 MW.

“Dari sisi industri, skema harga pembelian listrik melalui perhitungan BPP masih kurang kompetitif. Karena adanya perbedaan sumber teknologi,” ujarnya.

Skema BOOT yang dianggap merugikan investor, menyebabkan sektor perbankan tidak mau menerima pembangkit listrik sebagai jaminan.

“Perlu adanya peraturan khusus yang dapat mengakomodasi target elektrifikasi dan pemerataan listrik ke seluruh wilayah Indonesia. Juga untuk target percepatan transformasi dari energi fosil ke EBT,” urai Halim.

Tapi, Halim menyebutkan bahwa sektor industri menaruh harapan positif pada sosok menteri ESDM yang baru saja dilantik.

“Dengan dilantiknya menteri baru, harapannya akan ada investor-investor baru. Yang tentunya mengharapkan adanya aturan baru dan insentif baru yang menarik bagi para investor sehingga akan mampu mendorong pengembangan EBT,” ucapnya.

Lihat juga...